Tuhan punya cara sendiri untuk
menentukan jalan hidupnya. Tuhan telah membuat peta kronologis dalam sebuah
skenario hidupnya, entah juga karena hari-hari yang sibuk sehingga lupa untuk berdoa
dan memberikan perhatian yang dalam pada suami dan anak-anak. Mula-mula niatnya
yang muncul dalam dirinya ingin meringankan beban suami sebagai kepala rumah
tangga. Karena prihatin melihat suami pontang-panting seperti sibuk sendiri menafkahi
keluarga. Terbersit dalam dirinya untuk meringankan beban suami dengan turut
memberi andil buat kelangsungan rumah tangga.
Kegiatan yang pertama dilakukan
adalah mengikuti khusus keterampilan menjahit selama setahun di sela-sela kesibukannya
sebagai ibu rumah tangga. Selanjutnya mengisi kegiatan keterampilan kursus
kecantikan. Sebuah bakat yang tidak muncul begitu saja kalau tanpa diasah
dengan tekun. Khususnya mengenai tatarias kecantikan ini sudah pernah dia ikuti
ketika masih remaja dulu. Rina memang memiliki karakter tidak bisa diam. Selalu
ada gejolak dalam dirinya. Kegelisahan untuk mengasah keterampilan diri selalu
membuatnya untuk belajar terus. Berbeda dengan teman-teman sebayanya sesama
bergaul. Temannya dalam lingkungan rumahnya dulu, pada masa-masa belajar malah sering kepergok dan menghabiskan waktu
di diskotik hingga larut malam bahkan kadang sampai menjelang pagi. Dia percaya
kalau bakat tanpa dikembangkan ibarat sebuah batu pualam yang kusam. Pualam
dalam lumpur yang mesti digosok secara terus menerus. Selebihnya dilakukan lewat
cara otodidak. Dari sinilah awal mula dia bisa menemukan identitas dan mampu
sedikit membantu ekonomi rumah tangga. Bukan hanya itu, keluargapun ikut
menerima imbasnya. Batu pualam itu tengah memancarkan cahaya. Sinarnya memancar
kemana-mana. Ke setiap sudut rumahnya. Memancar pada setiap gang-gang yang di lewati.
Memancar pada setiap pintu-pintu rumah. Dan hidupnya mulai bercahaya. Kegiatan
demi kegiatanpun mulai memanggilnya. Waktupun tanpa terasa bergulir demikian
cepatnya saking sibuknya dengan aktifitas. Dan sangat menyenangkan disamping
juga bisa membantu meringankan beban suami.
Namun semuanya tidak berjalan sebagaimana
yang telah direncanakan. Tuhan berkehendak lain kendati manusia punya rencana.
Ah, ada-ada saja kehidupan ini. Terkadang ingin memaki hidup atau yang memberi
napas-napas kehidupan atau yang menciptakan adanya kehidupan di dunia ini. Tapi
kehidupan dia rasakan perputarannya kian tak terkendali oleh tangan-tangan
setan dari manusia yang berperilaku setan. Rina berteriak-teriak menggapai tangan-tangan
ajaib Tuhan. Ternyata tangan setan yang menyambutnya. Rina ingin berontak dari
tangan itu. Memang sulit. Demikian mudahnya tergiring pada arus kehidupan
demikian. Kenapa harus ada bintang tidak baik mengikuti jalan hidupnya. Tentu
saja tidak ada seorangpun yang mau hidupnya berantakan. Rina jadi ragu.
Sesungguhnya apakah masih ada Tuhan di dunia ini? Kepercayaannya pada Tuhan
mulai luntur. Tuhan, masih adakah engkau disini bersamaku? Ataukah aku yang
sudah mulai melupakanMu, ya Tuhan, sehingga Engkau berikan aku cobaan begini
berat? Rina mengeluh. Keluhan yang keluar di saat batu pualam itu telah
memancarkan sinarnya yang cerah gemerlap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar