Minggu, 19 Februari 2012

NARADA BERKUNJUNG KE INDRAPRASTA


Pada suatu hari, orang suci Narada datang ke istana Yudisthira. Dia disambut dengan penghormatan oleh Yudisthira dan Draupadi. Dia juga sudah mendengar tentang Mayasaba. Dia datang untuk melihatnya.
            Yudisthira sangat senang memperlihatkan kepadanya balai paseban. Dia kelihatan seperti seorang anak kecil dengan sebuah mainan baru. Dia sangat gembira bila memikirkan akan mempertunjukkannya. Narada memandang balai paseban itu dan memperlihatkan persetujuan yang gembira. Mereka kembali ke balai paseban dimana mereka duduk pada awal permulaan.
            Setelah suatu saat mereka mempercakapkan berbagai soal, Yudisthira berkata: “Tuanku, engkau telah mengembara ke tiga dunia. Engkau pasti sudah melihat banyak balai paseban yang indah seperti balai paseban yang aku miliki. Dapatkah engkau menceritakan itu semua kepadaku?”
            Narada tersenyum lembut dan berkata: “Ya,aku telah melihat balai-balai paseban yang sama di dunia yang lain-lainnya. Aku akan menceritakan kepadamu itu. Balai pasebanmu adalah yang terbaik di permukaan bumi. Tidak ada tempat yang menyamainya.
            Aku akan menggambarkan kepadamu balai-balai paseban Yama, Brahma, Indra, Ridra dan Baruna. Ini afdalah balai-balai paseban yang baik yang aku lihat.”
            Narada menceritrakan kepada mereka tentang keistimewaann dari tempat-tempat yang telah disebutkannnya itu. Pertama-tama dia menceriterakan kepadanya tentang balai paseban Indra. Dia menceriterakan kepada Yudisthira bahwa raja besar Harisandra dari suku Surya membagi mahkota dengan Indran. Dia terus menggambarkan istana yang lain-lainnya. Pada saat dia datang ke istana Yama, Narada menceriterakan kepadanya tentang banyak raja dunia yang sekarang berada di sana,. Itu adalah sebuah daftar yang panjang didahului oleh nama-nama Yayati dan Nahusa. Pada akhir daftar itu tercantumlah nama-nama raja Kuru yang belakangan, dan nama terakhir darinya ialah Sentanu dan Pandu.
            Narada kemudian menggambarkan istana-istana Baruna dan Kuwera. Ceritranya sudah berakhir
            Yudisthira terdiam sebentar. Narada menunggunya berbicara.
            Yudisthira berkata: “Tuanku, aku telah mendengarkan dengan seksama kepada apa yang telah engkau katakan. Aku memperhatikan sesuatu hal. Katanya raja-raja yang menjadi raja dunia ini berada di balai paseban Yama dan bukanlah sebagai yang aku telah pikirkan sepanjang tahun-tahun ini, di balai paseban Indra. Aku juga memperhatikan sesuatu yang lainnya juga. Engkau berkata bahwa kawan Indra, sebenarnya teman yang diajak membagi mahkota, adalah raja besar Harisandra, raja suku Surya. Tuanku, perbuatan baik apakah yang dia telah lakukan dan yang ayahku belum lakukan? Mengapakah dia harus mendapat penghormatan untuk membagikan dengan Indra? Orang tuaku adalah orang tersuci di antara manusia. Dia tidak pernah mengucapkan kata-kata yang tidak benar. Dia adalah orang suci diantara orang-orang. Aku ingin engkau menceritrakan alasannya untuk ini.”
            Narada, yang telah datang kepadanya hanya itu berkata : “Sudah tentu aku akan menceritrakannya kepadamu. Haricandra yang besar itu, keturunan suku Surya, adalah putra Trisangku, yang disenangi oleh Wiswamitra. Haricandra adalah seorang raja yang kuat. Dia telah menaklukan semua kerajaan di bumi dan melaksanakan upacara yang disebut rajasuya. Itulah sebabnya ia patut membagi mahkota yang sama dengan Indra sendiri. Raja yang melakukan rajasuya sudah terpancang di atas  yang lain-lainnya. Aku menjumpai ayahmu, dia berkata : “Putraku sekarang berkuasa di bumi. Kalau Yudisthira melakukan Rajasuya, aku bisa pergi ke Indraloka dan demikian juga kakakku Sentanu.” Ini adalah keinginan ayahmu. Engkau dapat menaklukkan seluruh dunia. Engkau akan membuat itu mungkin untuk ayahmu dan nenek moyangmu Sentanu dan putra-putranya untuk memasuki balai paseban Indra. Itu bukanlah tugas yang mudah, aku tahu. Yaga itu pasti akan menemui kesukaran besar. Tetapi kalau ada orang yang sanggup melakukannya, itu adalah engkau dan hanya engkau”.
            Narada memberkati Pandawa dan pergi.
(gst made Widia, april 1995, sabha parwa)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar