Minggu, 12 Februari 2012

ARAN-YAKA PARWA (2)


Esok paginya, ketika Pandawa hendak masuk ke dalam hutan Prabhu Yudisthira berkata kepada Brahmana-brahmana yang mengikutinya.”kembalilah pulang ke Hastina, hai para Brahmana! Terampas dari kekayaan dan kejayaan kami. Kami hendak masuk hutan ini. Terampas dari segala-galanya kami bersedia memasuki hutan ini dengan hati sedih. Disana kami akan menggantungkan nasib kami kepada buah-buahan dan umbi-umbian dan hasil dari berburu. Hutan ini penuh berisi binatang buas dan berbahaya. Tuan hamba akan sangat menderita dan penuh pengorbanan yang sia-sia bila tuan hamba mengikuti terus perjalanan kami. Tunjukkanlah pengorbanan tuan hamba itu kepada Dewa-dewa oleh karena itu kembalilah ke Hastina.        
            Salah seorang Brahmana yang bernama Saunaka menasihati dan menghibur kesedihan hati Pandawa dengan berkata; “janganlah susah akan makanan kami dan janganlah sedih akan nasib yang menimpa diri Tuanku! Sebab musabab dari kesedihan adalah ribuan banyaknya, sebab musabab dari ketakutan adalah ratusan banyaknya. Hari demi hari orang yang bodoh diliputi oleh semua itu. Tetapi sebaliknya orang yang bijaksana terluput dari pada itu. Terdapat empat hal yang selalu menyiksa hidup manusia, yaitu: (1) sakit, (2) berhubungan dengan barang/hal yang sengsara, (3) pekerjaan berat/berpayah-payah, dan (4) hasrat akan sesuatu. Karena hidup ini adalah sengsara. Orang bijaksana membebaskan hal itu dan melawan semua itu. Napsu untuk selalu menjadi kaya selalu dipadamkannya. Perlawanan semua itu merupakan kegembiraan bagi sang pradnya. Orang yang bijaksana berpendapat, bahwa lebih baik jangan menyentuh lumpur sama sekali dari pada mencuci tangan yang kotor kena lumpur. Jikalau tuanku ingin berbuat kebajikan, bebaskanlah diri tuanku dari napsu untuk memiliki keduniawian!”
            Prabhu Yudisthira menjawab, “Kami tidak membutuhkan makanan untuk kemakmuran diri kami sendiri, melainkan kebahagiaan Brahmana-brahmana, kepada orang yang membutuhkannya, Pitara-pitara, Dewa-dewa, dan tamu-tamu, karena perbuatan itu Dharma.”
            Saunaka berkata,” Sesungguhnya dunia ini penuh dengan segala hal-hal yang harus kita pandang sebaliknya. Oleh karena itu orang yang ingin berbuat kebajikan haruslah insaf dan teguh imannya.
(penulis, I Gusti Ngurah Ketut Sangka, Kerambitan 24 oktober 1964)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar