Arjuna
berkata
sambil menyembah, “Hamba mohon agar Paduka Bhatara berkenan menganugerahkan
senjata yang bernama “Brahmasira” senjata yang mampu menghancurkan dunia pada
akhir Yuga, yang dengan pertolongan senjata itu hamba dapat kemenangan dalam
perang besar yang akan terjadi antara kami (pada satu pihak) dengan Karna,
Bhagawan Bhisma. Bhagawan Kripa, Dang Hyang Drona (pada pihak lain), senjata
yang dapat hamba pergunakan untuk membunuh Danawa, Rakshasa, Pisacha, Gandharwa
dan Naga. Dan permohonan hamba yang terutama ialah supaya hamba bisa berperang
melawan mereka dan memperoleh hasil yang gemilang!”
Hyang Siwa menjawab, “Aku berikan kepadamu senjataku yang
utama bernama Pasupata (Brahmasira). Engkau dapat menggunakan itu. Tidak ada
yang tahu akan senjata itu, baik Hyang Yama maupun Raja Yaksha, Hyang Waruna,
Hyang Wayu, apalagi manusia. Tetapi, hai Arjuna, senjata ini tidak boleh
dilepaskan, jika tidak amat perlu sekali, serta dalam keadaan memaksa, karena
bila ia dilepaskan kepada sembarang musuh yang tidak sakti, ia akan
menghancurkan seluruh dunia. Di dalam tri-buana tidak seorangpun yang tidak
dapat dibinasakan oleh senjata ini. Dan senjata ini harus dilepaskan melalui
pemusatan pikiran, ketajaman pandangan mata, dengan kata-kata, dan dengan
busurnya.”
Selanjutnya Hyang Siwa lalu mengajarkan kepada Arjuna
rahasia/ilmu dan cara mempergunakan senjata itu. Arjuna pun menerima ajaran dan
senjata itu. Pada saat itu seluruh dunia bergetar. Taufan mengamuk, terdengar
suara tambur dan sungu dari langit. Hyang Siwa lalu berkata, “ naiklah ke
surga, hai Arjuna!” Beliau lalu memberikan busur “Gandewa” yang utama kepada
Arjuna, dan sesudah itu lalu naik kembali ke surga.
(penulis, I Gusti Ngurah Ketut
Sangka, Kerambitan 24 oktober 1964)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar