Jumat, 17 Februari 2012

ARJUNABHIGAMANA PARWA (23)


Pandawa lalu meneruskan perjalanannya diikuti oleh Indrasena dan pengikut-pengikut lainnya menuju ke bagian lain dari hutan itu. Dari sana beliau melanjutkan perjalanan menuju ke hutan Dwaitawana. Di hutan ini terdapat sebuah danau yang airnya suci bersih, penuh dengan bunga-bungaan dan burung-burung. Atas pertimbangan Arjuna, Pandawa akan menghabiskan masa dua-belas tahun pembuangannya itu di dalam hutan ini. Pandawa menghampiri sungai Saraswati. Di sana beliau banyak menemui sanyasa
            Pada suatu hari datanglah seorang Rishi yang bernama Markandēya pada Pandawa. Prabhu Yudisthira bertanya pada Rishi itu, “Semua penghuni hutan sedih hatinya menyaksikan nasib malang yang anaknda terima ini. Tetapi kenapa Maha-Muni sendiri tidak, dan apakah sebabnya Maha-Muni tersenyum menyaksikan keadaan anaknda?”
            Rishi Markandēya menjawab, “Aku tidak tersenyum karena menyaksikan anaknda, melainkan aku terkenang kepada Sri Rama yang mengalami hal yang sama seperti anaknda, yaitu kehilangan hatinya untuk menyerah kepada kebenaran. Aku juga bersedih! Karena itu janganlah takabur dan berkata, “Aku berkuasa! Tidak ada orang selain Tuhan yang berkuasa. Kekuasaan hanya ada pada-Nya! Berjanjilah kepada diri anaknda sendiri, bahwa anaknda akan taat menjalani masa pembuangan anaknda, meskipun dengan penuh derita.”
            Setelah menyampaikan pesan itu, Rishi Markandēya minta diri dan berangkat menuju ke utara.
            Seorang Brahmana Waka keturunan darah Dalwya menasihati Prabhu Yudisthira, supaya ke-Brahmanaan yang dipelajarinya di samping ke-Kshatryaan. Kalau keduanya itu dapat dipertemukan, maka Prabhu Yudisthira akan menjadi orang besar di dunia. Karena seorang Kshatrya yang terpelajar akan mengisi kekurangannya dan menambah pengetahuannya yang telah ada dengan mendengarkan nasihat-nasihat Brahmana.
(penulis, I Gusti Ngurah Ketut Sangka, Kerambitan 24 oktober 1964)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar