Selasa, 21 Februari 2012

ARJUNABHIGAMANA PARWA(36)


Prabhu Yudhistira menarik napas berat dan diam sejenak. Beliau berpikir dalam hati, “ Aku telah mendengar tentang kewajiban orang menjadi raja, demikian pula kebenaran tentang kewajiban orang lain (catur warna) yang berbeda-beda. Karena aku mengetahui jalan yang benar dari kebajikan itu, yang sesungguhnya amat sukar dan sulit untuk dipahami, bagaimanakah aku dapat mengurangi kekuatan kebajikan itu?
            Beliau lalu berkata kepada Bhima, “Memang tepat apa yang dinda katakana. Tetapi dengarkanlah perkataan lain yang kanda ucapkan ini : seorang keshatriya bukan saja harus mampu memusnahkan musuh yang ada di luar dirinya, melainkan wajib pula mampu membasmi musuhnya yang ada di dalam hati keshatriyanya itu sendiri, yang menggelora dalam kalbunya!
            Sebab perbuatan dosa apapun, bila orang berusaha menyempurnakan atau menghapus dosa itu, tergantung atas kemampuannya masing-masing, selalu merupakan pangkal kesaktian. Tetapi Bhima janganlah lupa, bahwa apa saja (pekerjaan apa saja), bila dimulai dengan benar, dengan laksana yang baik, dengan alat yang cukup, dan didahului dengan banyak pertimbangan, niscaya pekerjaan itu berhasil baik. Tuhan menolong rencana yang diselenggarakan melalui cara demikian.
            Dengarkanlah perkataan kanda tentang kesombonganmu, hai Bhima, halaukanlah napasmu yang tidak kunjung padam itu. Setelah itu barulah engkau dapat berpikir tenang. Bhurisrawa, Sala, Jalasandha yang kuat, Bhagawan Bhisma, Dang Hyang Drona, Karna, Aswatama, Duryodhana, dan lain-lainnya sangat sukar untuk dikalahkan. Dengan pasukan yang kuat mereka telah bersiap-siap berperang melawan kita. Dan banyak raja-raja yang dulu pernah kita taklukkan kini berpihak pada Kaurawa. Mereka itu telah diberi hadiah harta benda oleh Duryodhana. Karena itu mereka akan berperang habis-habisan untuk membela Duryodhana, dan bersedia menjadi yadnya (kurban) bagi kepentingan Duryodhana. Dari pihak Bhagawan Bhisma, Dang Hyang Drona, Bhagawan Kripa, kita tidak dapat banyak mengharapkan pertolongan, karena mereka berlaku sama adilnya, baik kepada kita maupun terhadap Kaurawa. Mereka semuanya terhitung pahlawan perang utama dan patuh kepada terlaksananya kebajikan. Kanda kira, bahwa mereka tidak bisa dikalahkan oleh siapapun juga, bahkan oleh Dewa-Dewapun tidak.
            Ada lagi diantara mereka itu, ialah Karna, pahlawan dari semua pahlawan. Sebelum mereka itu tewas semua, bagaimanakah kita dapat menewaskan Duryodhana? Aduhai, Bhima. Kanda tidak dapat tidur memikirkan keahlian putra Suta (Karna) dalam ilmu menggunakan senjata.!”
            Setelah mendengar perkataan Prabhu Yudhistira itu, Bhima yang selalu terburu napsu, dapat mengetahui akan mara-bahaya yang mengancam, apabila maksudnya itu dilakukan. Iapun tidak dapat berkata apa-apa lagi.
            Dan sementara asyik memperbincangkan masalah yang rumit itu, tiba-tiba datanglah sanyasa agung Bhagawan Byasa, putra Dewi Setyawati. Sesudah Pandawa menghaturkan sembah-baktinya, Bhagawan Byasa lalu berkata, “ aku tahu, apa yang terkandung dalam hatimu. Kekhawatiranmu hatimu melawan pahlawan Kaurawa yang akan kuhilangkan. Berkawanlah dengan kesabaran dan setelah mendapat kesabaran itu, hai Raja, padamkanlah dengan segera panas hatimu dengan segera!”
            Bhagawan Byasa lalu mengajak Prabhu Yudhistira ke tempat yang sepi (di suatu sudut) dan berkata, “ Saatnya telah tiba untuk kebahagiaan anaknda (dalam peperangan). Aku mengajarkan anaknda pengetahuan yang bernama “Pratismirti”, karena aku tahu bahwa anaknda dapat memahaminya. Jikalau (ilmu) pengetahuan ini telah anaknda terima, berikanlah ia kepada Arjuna. Dengan pengetahuan itu Arjuna berhasil mencapai tujuannya. Mintalah kepada Arjuna agar menghadap kepada Hyang Indra, Rudra, Waruna, Kuwera dan Yama untuk memohon senjata dari mereka. Setelah memperoleh senjata-senjata itu dari Hyang Lokapala, ia akan amat “sakti”. Bhagawan Byasa lalu minta diri dan gaiblah beliau.
            Pendawa menjadi gembira lalu pindah ke hutan Kamyaka di pinggir sungai Saraswati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar