Selasa, 21 Februari 2012

ARJUNABHIGAMANA PARWA(37)


Pada hari tertentu Arjuna dengan membawa Gandiwanya memulai perjalanannya, sesuai denga nasihat Bhagawan Byasa berangkat dari hutan Kamyaka dengan tujuan menghadap pada Hyang Indra. Arjuna mengarahkan pandangannya ke angkasa. Dalam hatinya ia berkata,”Mencapai kematiannya putra-putra Dhrithrarhasthra.”
            Para Brahmana memberikan restu kepadanya, “semoga engkau mencapai tujuanmu! Kemenangan segera akan ada padamu.!” Dewi Draupadi memperkokoh hati Arjuna dengan berkata, “ Kebahagiaan kita terletak di tangan kanda. Mudah-mudahan apa yang dicita-citakan ibu kita Dewi Kunti ketika kanda lahir tercapai adanya dan mudah-mudahan cita-cita kanda memperbesar hati kanda dalam perjalanan. Semoga tidak seorang pun diantara kita nanti lahir dalam kasta Keshatriya, karena dinda selalu memuliakan kehidupan Brahmana yang suci. Dinda sangat malu dipanggil oleh Duryodhana di muka pertemuan dengan kata, “Sapi”, “lembu”!” tetapi perjalanan yang menyedihkan yang kita alami bersama jauh lebih berat dari pada itu. Kiranya kanda tidak akan lama meninggalkan kami, kami merasa sedih.”
            Arjuna menghaturkan dana-pun-ya kepada para Brahmana, lalu mapradiksana (mider kiwa, berjalan mengelilingi sesuatu) sebagai tanda hormat, lalu berangkat. Beliau sampai di gunung Himawat. Gunung Himawat dan Gandamadana dilewati, dan akhirnya beliau tiba di Indrakila.
            Dhananjaya sekonyong-konyong mendengar suara, “Berhenti!”. Tiba-tiba Arjuna berjumpa dengan seorang sanyasa, dan orang itu bertanya, “Siapakah engkau ini, hai budak! Datang kemari membawa panah dan busur, berbaju zirah, penuh dengan bekas-bekas luka, kurus seperti yang lazimnya perawakan seorang keshatriya? Senjata tidak ada faedahnya di tempat ini! Ini adalah daerah perdamaian. Brahmana-brahmana patuh menjalankan tapa-bratanya disini, tiada ada kekhawatiran dan kesenangan. Di sini tidak ada unsure pertentangan apapun juga. Oleh karena itu buanglah senjatamu! Engkau memperoleh jiwa yang tentram di sini. Tidak orang yang setaraf dalam hal kemampuan dan tenaga dengan engkau!”
            Meskipun perkataan itu berulang-ulang diucapkan,Arjuna tetap pada tekad dan tujuannya. Sanyasa itu lalu berkata, : Aku Hyang Sakra. Katakanlah, anugrah apa yang kau minta padaku?”
            Arjuna pun menyembah dan berkata, “ Tujuan hamba adalah: karuniailah hamba anugrah ini! Hamba ingin mempelajari ilmu menggunakan segala macam senjata pada paduka Bhatara.”
            Hyang Indra bertanya, “ Karena engkau telah mencapai daerah yang aman dan tentram ini, apakah gunanya senjata itu? Engkau telah memperoleh jiwa yang tentram. Mintalah kepadaku daerah berbahagia sebagaimana yang engkau inginkan!”
            Arjuna berdatang sembah seraya berkata, “ Hamba tidak menginginkan kebahagiaan, juga bukan wisaya kesenangan. Apakah artinya semua itu, kalau saudara hamba, hamba tinggalkan dalam hutan dan tidak memberi kemungkinan kepada diri hamba untuk mengalahkan musuh hamba. Selamanya hamba akan mendapat cemoohan dari seluruh dunia.”
            Hyang Indra berkata,” Apabila engkau dapat melihat wajah Hyang Siwa yang bermata tiga, Hyang Tri-Purusa, Tuhan dari segala mahluk, baru akan kuberikan segala senjata kahyangan kepadamu. Sebab itulah, hai Arjuna, berjuanglah agar dapat melihat wajah Hyang Siwa, karena hanya setelah engkau dapat melihat wajah Hyang Siwa engkau akan berhasil mencapai segala keinginanmu!”. Lalu Hyang Indra gaiblah setelah mengucapkan perkataan itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar