Pada
hari tertentu Arjuna dengan membawa Gandiwanya memulai
perjalanannya, sesuai denga nasihat Bhagawan Byasa berangkat dari hutan Kamyaka
dengan tujuan menghadap pada Hyang Indra. Arjuna mengarahkan pandangannya ke
angkasa. Dalam hatinya ia berkata,”Mencapai kematiannya putra-putra
Dhrithrarhasthra.”
Para Brahmana memberikan restu kepadanya, “semoga engkau
mencapai tujuanmu! Kemenangan segera akan ada padamu.!” Dewi Draupadi
memperkokoh hati Arjuna dengan berkata, “ Kebahagiaan kita terletak di tangan
kanda. Mudah-mudahan apa yang dicita-citakan ibu kita Dewi Kunti ketika kanda
lahir tercapai adanya dan mudah-mudahan cita-cita kanda memperbesar hati kanda
dalam perjalanan. Semoga tidak seorang pun diantara kita nanti lahir dalam
kasta Keshatriya, karena dinda selalu memuliakan kehidupan Brahmana yang suci.
Dinda sangat malu dipanggil oleh Duryodhana di muka pertemuan dengan kata,
“Sapi”, “lembu”!” tetapi perjalanan yang menyedihkan yang kita alami bersama jauh
lebih berat dari pada itu. Kiranya kanda tidak akan lama meninggalkan kami,
kami merasa sedih.”
Arjuna menghaturkan dana-pun-ya kepada para Brahmana,
lalu mapradiksana (mider kiwa, berjalan mengelilingi sesuatu) sebagai tanda
hormat, lalu berangkat. Beliau sampai di gunung Himawat. Gunung Himawat dan
Gandamadana dilewati, dan akhirnya beliau tiba di Indrakila.
Dhananjaya sekonyong-konyong mendengar suara,
“Berhenti!”. Tiba-tiba Arjuna berjumpa dengan seorang sanyasa, dan orang itu
bertanya, “Siapakah engkau ini, hai budak! Datang kemari membawa panah dan
busur, berbaju zirah, penuh dengan bekas-bekas luka, kurus seperti yang
lazimnya perawakan seorang keshatriya? Senjata tidak ada faedahnya di tempat
ini! Ini adalah daerah perdamaian. Brahmana-brahmana patuh menjalankan
tapa-bratanya disini, tiada ada kekhawatiran dan kesenangan. Di sini tidak ada
unsure pertentangan apapun juga. Oleh karena itu buanglah senjatamu! Engkau
memperoleh jiwa yang tentram di sini. Tidak orang yang setaraf dalam hal
kemampuan dan tenaga dengan engkau!”
Meskipun perkataan itu berulang-ulang diucapkan,Arjuna
tetap pada tekad dan tujuannya. Sanyasa itu lalu berkata, : Aku Hyang Sakra.
Katakanlah, anugrah apa yang kau minta padaku?”
Arjuna pun menyembah dan berkata, “ Tujuan hamba adalah:
karuniailah hamba anugrah ini! Hamba ingin mempelajari ilmu menggunakan segala
macam senjata pada paduka Bhatara.”
Hyang Indra bertanya, “ Karena engkau telah mencapai
daerah yang aman dan tentram ini, apakah gunanya senjata itu? Engkau telah memperoleh
jiwa yang tentram. Mintalah kepadaku daerah berbahagia sebagaimana yang engkau
inginkan!”
Arjuna berdatang sembah seraya berkata, “ Hamba tidak
menginginkan kebahagiaan, juga bukan wisaya kesenangan. Apakah artinya semua
itu, kalau saudara hamba, hamba tinggalkan dalam hutan dan tidak memberi
kemungkinan kepada diri hamba untuk mengalahkan musuh hamba. Selamanya hamba
akan mendapat cemoohan dari seluruh dunia.”
Hyang Indra berkata,” Apabila engkau dapat melihat wajah
Hyang Siwa yang bermata tiga, Hyang Tri-Purusa, Tuhan dari segala mahluk, baru
akan kuberikan segala senjata kahyangan kepadamu. Sebab itulah, hai Arjuna,
berjuanglah agar dapat melihat wajah Hyang Siwa, karena hanya setelah engkau
dapat melihat wajah Hyang Siwa engkau akan berhasil mencapai segala
keinginanmu!”. Lalu Hyang Indra gaiblah setelah mengucapkan perkataan itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar