Tiada
lama
berselang turunlah sebuah kereta dari langit dan menuju kepada tempat Arjuna.
Kereta itu kepunyaan Hyang Indra, Dewa Perang yang dikemudikan oleh Matali.
Matali ditugaskan untuk menjemput Arjuna dan mengantarkannya ke kaindran.
Setelah (nanti) menerima senjata-senjata yang dimohonnya, barulah Arjuna
diperkenankan pulang kembali ke bumi. Gembiranya hati Arjuna tidak
terpekirakan. Mula-mula beliau berlimau, mandi bersih-bersih di sungai Gangga
yang suci itu. Kemudian tidak lupa beliau bersembahyang dahulu. Kini Arjuna
naik ke atas kereta Hyang Indra yang diterbangkan oleh Matali masuk ke dalam
kota Amarawati, kota surga itu. Di sini Arjuna diterima oleh Hyang Indra.
Arjuna memberi hormat kepada Hyang Indra dengan
membungkuk sampai kepalanya menyentuh tanah. Hyang Indra lalu memeluk Arjuna
serta mencium dahinya dengan penuh cinta kasih. Akhirnya Arjuna diajak duduk
bersama beliau di kursi singhasana surga, singhasana yang disembah-sembah oleh
Dewa-Dewa dan Rishi-Rishi. Sambil duduk bersama-sama Hyang Indra, Arjuna
menikmati kemerduan lagu-lagu yang dinyanyikan dan tabuh gamelan yang dimainkan
oleh para Gadharwa di bawah pimpinan Tuwuru ;
widyadari memamerkan kecantikannya dan kecakapannya menari, yakni
widyadari: Ghritachi, Menaka, Rambha, Purwachiti, Swayamprabha, Urwasi,
Misrakesi, Dandagauri, Waruthini, Gopali, Sahajanaya, Khumbhayoni, Prajegara,
Chitrasena, Chitralekha, Saha, Madhuraswana. Para bidadari itu amat pandai
memikat dan mempesona hati para penontonnya, dengan gayanya yang menarik hati,
kerlingan matanya yang mempesona, kulitnya yang putih bersih dan sebagainya.
Atas perintah Hyang Indra, Arjuna lalu bertamasya ke
bintang Surawithi.
(penulis, I Gusti Ngurah Ketut
Sangka, Kerambitan 24 oktober 1964)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar