Kamis, 16 Februari 2012

JANUARI KELAM (lupa jalan pulang)


Sajak DG.Kumarsana
 
Begitu lambat kau layarkan gelombang sesaat
dalamnya lautan
ketika matamu bergolak merisaukan segala resah keinginan
pembaringan ini senyap
asmara sunyi berubah jadi hari hari kelam dalam keinginan mengubah warna hati
kelabu
camar terbang mengepak senja, mengukir kesepian betapa tingginya kau jangkau
langit
betapa dalam hati manakala kita belajar menjenguk berbagai warna airmuka
senantiasa berubah-ubah tak tentu arah
menggaris datar di setiap permukaan mana harus ditebak duluan, sebuah hati tak tentu
punya jawab.

Cinta ternyata sebuah kerisauan menggebu-gebu setiap angan tak sampai, setiap jengkal senyum memberi arti tak sama:
                                                                                    buat siapa?
menunggumu hanyalah menanti musim lewat
sekelebat bayang
burung camar mengiggau terbang
malam penuh teka-teki
meramal datangnya purnama
memamerkan kecahayaan abadi :
                                                dimana sesungguhnya kau sembunyikan kerinduan

Jangan pernah mencemaskan kesepian
bila laut masih mampu menyembunyikan gelombang pada purnama yang beruntun datang dan pergi melayarkan janji bertepi.
Jangan kau cemaskan ketakutan bila ternyata langit kosong tak memberi sedikit halaman buat camar singgah menawarkan kabar :

Dimana sesungguhnya pelabuhan terakhir menggiring kerinduan pada dermaga yang sama di batas penantian hari

Jangan kau cemaskan gelombang yang lupa jalannya pulang menuju lautan luas tak bertepi, bila hati telah kosong tak menghuni warna

kasih, ternyata di atas langit masih ada camar terbang mencari senja
diam-diam kau sembunyikan disudut hati paling dalam.
di atas langit ternyata masih ada langit yang mengintip awan tak berubah-ubah
berbulan bulan hitungan waktu berusaha menggapai tanahku berpijak
ternyata purnama hanya selintas cahaya sepintas mengubah airmuka kelabu jadi pualam tak kering-kering menawarkan kesangsian

begitu lambatnya gelombang mencari sunyi lautku
lupa jalan pulang






Beleka- Pusuk, jan’09

Tidak ada komentar:

Posting Komentar