Sajak
DG.Kumarsana
Begitu lambat kau layarkan
gelombang sesaat
dalamnya lautan
ketika matamu bergolak merisaukan segala resah
keinginan
pembaringan ini senyap
asmara sunyi berubah jadi hari hari kelam dalam
keinginan mengubah warna hati
kelabu
camar terbang mengepak senja, mengukir kesepian
betapa tingginya kau jangkau
langit
betapa dalam hati manakala kita belajar menjenguk
berbagai warna airmuka
senantiasa berubah-ubah
tak tentu arah
menggaris datar di setiap
permukaan mana harus ditebak duluan, sebuah hati tak tentu
punya jawab.
Cinta
ternyata sebuah kerisauan menggebu-gebu setiap angan tak sampai, setiap jengkal
senyum memberi arti tak sama:
buat
siapa?
menunggumu hanyalah
menanti musim lewat
sekelebat bayang
burung camar mengiggau
terbang
malam penuh teka-teki
meramal datangnya purnama
memamerkan kecahayaan
abadi :
dimana sesungguhnya
kau sembunyikan kerinduan
Jangan pernah mencemaskan
kesepian
bila laut masih mampu
menyembunyikan gelombang pada purnama yang beruntun datang dan pergi melayarkan
janji bertepi.
Jangan kau cemaskan
ketakutan bila ternyata langit kosong tak memberi sedikit halaman buat camar
singgah menawarkan kabar :
Dimana
sesungguhnya pelabuhan terakhir menggiring kerinduan pada dermaga yang sama di
batas penantian hari
Jangan kau cemaskan gelombang yang lupa jalannya pulang
menuju lautan luas tak bertepi, bila hati telah kosong tak menghuni warna
kasih, ternyata di atas langit masih ada camar terbang
mencari senja
diam-diam kau sembunyikan disudut hati paling dalam.
di atas langit ternyata masih ada langit yang mengintip
awan tak berubah-ubah
berbulan bulan hitungan waktu berusaha menggapai tanahku
berpijak
ternyata purnama hanya selintas cahaya sepintas mengubah
airmuka kelabu jadi pualam tak kering-kering menawarkan kesangsian
begitu
lambatnya gelombang mencari sunyi lautku
lupa jalan
pulang
Beleka- Pusuk, jan’09
Tidak ada komentar:
Posting Komentar