Sesudah Rhsi Maitreya
bertolak dari Hastinapura, Prabhu Dhristharasthra bertanya kepada Arya Widura,
tentang perang tanding antara Bhima dengan Kirmira, seorang raksasa sakti, yang
diakhiri dengan terbunuhnya si raksasa itu. Arya Widura lalu memulai
ceriteranya (=ceritera itu diperoleh dari Pandawa tatkala Arya Widura
mengunjungi Pandawa dalam hutan).
Sesudah tiga hari lamanya dalam perjalanan yang
ditempuhnya siang-malam di dalam hutan Karmyaka, maka pada suatu hari di tengah
perjalanan Pandawa dicegat oleh seorang raksasa Kirmira, namanya. Prabhu
Yudisthira lalu bertanya kepada raksasa itu akan nama dan maksud pencegatannya
itu.
Kirmira menjelaskan, “ Aku adalah saudara raksasa Baka. Hidupku
senang dalam hutan Karmyaka ini. Mangsaku setiap hari aku peroleh dengan
membunuh orang dalam perang. Siapakah engkau ini? Dan apakah sebabnya engkau
berani memasuki wilayah tempatku menangkap mangsaku disini? Akan daku bunuh
engkau dalam perang. Dagingmu akan aku dahar dengan senang hati.”
Prabhu Yudisthira menerangkan akan nama dan tujuan
perjalanannya dan mengatakan, bahwa beliau menjelajahi hutan ini bersama dengan
keluarganya, diantaranya Bhima. Kirmira amat gembira hatinya setelah mendengar
nama Bhima itu. Ia berkata, “Seluruh dunia telah kujelajahi dengan maksud agar
aku bertemu dan berperang melawan Bhima. Sungguh aku sangat beruntung, karena
Bhima pada hari ini tanpa kucari telah datang kepadaku. Saudaraku Baka telah
dibunuhnya di hutan Wetrakiya. Bukan, Baka tidak sakti seperti aku. Juga
sahabat karibku Hidimba dibunuhnya; dia pun orang lemah tuna sakti; dan adiknya
perempuan diperkosanya. Janjiku yang telah kubuat bahwa aku akan membunuh Bhima
pada hari ini akan kutepati.”
Bhima lalu mencabut pohon kayu besar “Wyama”. Perang
tanding yang terjadi antara Bhima dan Kirmira amat hebat, tidak ubahnya seperti
peperangan raja Wana Walin dengan Sugriwa.
Dalam perang yang berlangsung cukup lama itu tubuh
Kirmira dapat dipatahkan oleh Bhima di atas lututnya. Kirmira lalu
menghembuskan napasnya yang penghabisan. Tatkala itu Bhima berteriak, “ Dengan
ini berakhirlah sudah cucuran air mata orang yang menderita karena kekejaman
raksasa Baka, Hidimba dan Kirmira,” (=sampai di sini tamatlah sudah ceritera Arya
Widura).
Setelah raksasa Kirmira terbunuh, para Pandawa dengan
menempatkan Dewi Draupadi paling depan dalam perjalannya menuju hutan
Dwaitawana.
(penulis, I Gusti Ngurah Ketut
Sangka, Kerambitan 24 oktober 1964)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar