Rabu, 15 Februari 2012

KIRMIRABADHA PARWA (11)


Sesudah Rhsi Maitreya bertolak dari Hastinapura, Prabhu Dhristharasthra bertanya kepada Arya Widura, tentang perang tanding antara Bhima dengan Kirmira, seorang raksasa sakti, yang diakhiri dengan terbunuhnya si raksasa itu. Arya Widura lalu memulai ceriteranya (=ceritera itu diperoleh dari Pandawa tatkala Arya Widura mengunjungi Pandawa dalam hutan).
            Sesudah tiga hari lamanya dalam perjalanan yang ditempuhnya siang-malam di dalam hutan Karmyaka, maka pada suatu hari di tengah perjalanan Pandawa dicegat oleh seorang raksasa Kirmira, namanya. Prabhu Yudisthira lalu bertanya kepada raksasa itu akan nama dan maksud pencegatannya itu.
            Kirmira menjelaskan, “ Aku adalah saudara raksasa Baka. Hidupku senang dalam hutan Karmyaka ini. Mangsaku setiap hari aku peroleh dengan membunuh orang dalam perang. Siapakah engkau ini? Dan apakah sebabnya engkau berani memasuki wilayah tempatku menangkap mangsaku disini? Akan daku bunuh engkau dalam perang. Dagingmu akan aku dahar dengan senang hati.”
            Prabhu Yudisthira menerangkan akan nama dan tujuan perjalanannya dan mengatakan, bahwa beliau menjelajahi hutan ini bersama dengan keluarganya, diantaranya Bhima. Kirmira amat gembira hatinya setelah mendengar nama Bhima itu. Ia berkata, “Seluruh dunia telah kujelajahi dengan maksud agar aku bertemu dan berperang melawan Bhima. Sungguh aku sangat beruntung, karena Bhima pada hari ini tanpa kucari telah datang kepadaku. Saudaraku Baka telah dibunuhnya di hutan Wetrakiya. Bukan, Baka tidak sakti seperti aku. Juga sahabat karibku Hidimba dibunuhnya; dia pun orang lemah tuna sakti; dan adiknya perempuan diperkosanya. Janjiku yang telah kubuat bahwa aku akan membunuh Bhima pada hari ini akan kutepati.”
            Bhima lalu mencabut pohon kayu besar “Wyama”. Perang tanding yang terjadi antara Bhima dan Kirmira amat hebat, tidak ubahnya seperti peperangan raja Wana Walin dengan Sugriwa.
            Dalam perang yang berlangsung cukup lama itu tubuh Kirmira dapat dipatahkan oleh Bhima di atas lututnya. Kirmira lalu menghembuskan napasnya yang penghabisan. Tatkala itu Bhima berteriak, “ Dengan ini berakhirlah sudah cucuran air mata orang yang menderita karena kekejaman raksasa Baka, Hidimba dan Kirmira,” (=sampai di sini tamatlah sudah ceritera Arya Widura).
            Setelah raksasa Kirmira terbunuh, para Pandawa dengan menempatkan Dewi Draupadi paling depan dalam perjalannya menuju hutan Dwaitawana.
(penulis, I Gusti Ngurah Ketut Sangka, Kerambitan 24 oktober 1964)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar