Sabtu, 18 Februari 2012

ARJUNABHIGAMANA PARWA (29)


Prabhu Yudisthira menyahut, “Kemarahan adalah pembunuh orang dan penghalang sesuatu hasil kemakmurannya. Juga kemarahan adalah pangkal dari semua kemalangan. Dapat disaksikan di dunia ini, bahwa kemarahan adalah menjadi sebab kehancuran dan kemusnahan tiap-tiap mahluk. Bagaimanakah orang seperti kanda suka memperbesar-besarkan kemarahan itu yang nyata merusakkan dunia? Orang yang marah tidak dapat membedakan, apa yang patut dan boleh diucapkannya dan apa yang tidak. Tiada suatu perbuatan pun yang mungkin dilakukan oleh orang yang sedang marah dan tiada suatu perkataan pun yang tidak boleh diucapkannya. Karena marah, orang dapat melakukan pembunuhan terhadap orang yang tidak patut di bunuh dan sebaliknya menyembah orang yang tidak patut dipuja, melainkan patut dibunuh! Juga orang yang sedang marah dapat membunuh dirinya sendiri, mencabut nyawanya sendiri dan dikirim kepada Hyang Yama. Oleh karena itulah, orang yang bijaksana meneliti kemarahannya, sebab ingin memperoleh kemajuan yang luhur, baik di sini di dunia ini, maupun kelak di akhirat. Itulah sebabnya, terutama orang yang lemah harus menindas kemarahannya. Kebenaran (kebajikan?) lebih baik dari pada ketidakbenaran (dalam perbuatan= Kesatrya) dan lebih baik dari pada perbuatan kejam. Bagaimanakah kanda dapat membunuh Duryodhana itu hanya disebabkan oleh kemarahan semata-mata? Duryodhana yang penuh dosa yang melepaskan ke-bajikan dari jiwanya itu? Kelahiran mahluk-mahluk adalah patut untuk berdamai. Maaf adalah kebajikan, maaf adalah Brahma, maaf adalah Tuhan, maaf adalah kebenaran, maaf adalah suci. Kakek kita Raja Sentanu memuja perdamaian, Sri Kreshna memuja perdamaian. Dang Hyang Drona, Arya Widura ingin perdamaian. Semua orang ingin perdamaian.”
(penulis, I Gusti Ngurah Ketut Sangka, Kerambitan 24 oktober 1964)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar