Minggu, 07 April 2013

KAKIANG SATU KETIKA



Jauhnya jarak bukan senyap yang kedengar sebagai sebuah percakapan
Lebih jauh melantun hingga ke dasar hati
Ribuan kali angin berhembus membacakan syarat hingga satu daun henti bergerak
Karena desir itu membuat hidup terasa punya denyut
“Pelankan suaramu, apa yang kau pinta?” katanya
Masih kudengar bukan sebagai angin yang mendesir gendang telinga hingga penciuman hati
Memang mata tak selalu memandang
“hanya satu: jaga kesehatan kakiang,” jawabku
Itu dulu, ketika beberapa tahun silam muncul sebagai sebuah percakapan yang tak kenal rentang waktu, didekatkan dering telepon, kalimat-kalimat dalam larik sebuah atau beberapa sms, atau manakala tehnologi telah berkuasa atas diri melihat wajahmu bergerak-gerak dengan mimik yang kental merobah kerut merut oleh waktu atau saat saat bahagia membaca kalimatmu lewat chatting yang terlampau akrab atau bbm yang baru kau tunjukkan
Atau ketika saat akhir membekaliku dengan pil penguat semangat sembari berujar: “ merantaulah tidak hanya satu dua tiga empat tempat yang kamu mampu pijak. Kalau bisa sejauh-jauhnya. Ibarat burung itu mengepak sayap membaca dunia lewat sepasang mata, maka kepakkan sayapmu pula hingga penat untuk kembali ke sarang- sejauh-jauh cerita yang pernah kau datangi.”
Mata itu tak meninggalkan kerut.
Jauhnya jarak bukan senyap yang kedengar sebagai sebuah percakapan ketika sayapmu lebih berkilau mengemas perjalanan abadi, mendahului sayapku. Sejauhnya waktu yang tak mampu ribuan kali sayap mengepak.
Tehnologi yang hebat ini akhirnya tak mampu membuatku bercakap denganmu
Hanya barangkali lewat mimpi.
Bersua selintas
Itupun ketika kakiang menghendaki.


Kamis, 04 April 2013

Lomba Menulis 2013 : Lomba Menulis Cerita Remaja (LMCR-2013)



Bagi Anda Semua – Putra Putri Terbaik Negeri
Lebih Berbobot, Lebih Bergengsi, Lebih Banyak Pemenangnya Lomba Menulis Cerita Remaja (LMCR-2013)
Berhadiah Total Rp 92 Juta
20 Cerita Pendek Terbaik Diterbitkan sebagai Antologi LMCR 2013

Syarat-Syarat Lomba
1. Lomba terbuka bagi pelajar (Kategori A: Pelajar SLTP; Kategori B: Pelajar SLTA), mahasiswa, penulis/pengarang dan umum (Kategori C), warga Indonesia di Tanah Air maupun yang bermukim di Luar Negeri.
2. Lomba dibuka 1 April 2013 dan ditutup 25 September 2013 (Stempel Pos/Jasa Kurir)
3. Naskah ditulis dalam Bahasa Indonesia yang benar, indah (literer) dan komunikatif
4. Naskah yang dilombakan karya asli (bukan jiplakan, terjemahan atau saduran), belum pernah dipublikasi dalam bentuk apa pun dan tidak sedang disertakan lomba serupa
5. Tema Cerita: Dunia remaja dan segala aspek rona kehidupannya (cinta, harapan, kepedihan, perjuangan, kekecewaan, perjuangan hidup dan pencerahan)
6. Panjang naskah 5 – 10 halaman A4, 1,5 spasi Times New Roman 12 Font, 2 (dua) rangkap, dilampiri foto copy identitas KTP/Kartu Pelajar/Paspor/SIM/Kartu Keluarga (Pilih salah satu) dan foto pose bebas serta file naskah cerpen yang dilombakan dalam CD/DVD
7. Setiap peserta boleh mengirimkan lebih dari 1 (satu) judul. Perjudul dilampiri struk/bon pembelian produk PT Rohto Laboratories Indonesia (jenis produk apa saja, bebas memilih) – klik www.rohto.co.id
8. Naskah dikirim ke Sekretariat LMCR: Jalan Gunung Pancar No.25 Bukit Golf Hijau Sentul City Bogor 16810, dalam amplop tertutup dilampiri persyaratan Butir 6 dan 7, tulis keterangan Kategori-nya A, B atau C di bagian kanan atas amplop.
9. Naskah yang dilombakan menjadi milik penyelenggara, hakcipta pada pengarang
10. Pemenang diumumkan 26 Oktober 2013
11. Daftar Pemenang dan Hadiah sebagai berikut:
- Kategori A: Pemenang 1: Rohto-Mentholatum Golden Award + Uang Tunai Rp 4.000.000,-; Pemenang 2: Piagam Rohto-Mentholatum + Uang Tunai Rp 3.000.000; Pemenang 3: Piagam Rohto-Mentholatum + Uang Tunai Rp 2.000.000,- ; 10 Pemenang Harapan, masing-masing memperoleh: Piagam Rohto-Mentholatum + Uang Tunai Rp 500.000,- dan Pemenang 25 Karya Favorit – Piagam Rohto-Mentholatum.
- Kategori B: Pemenang 1: Rohto-Mentholatum Golden Award + Uang Tunai Rp 5.000.000,-; Pemenang 2: Piagam Rohto-Mentholatum + Uang Tunai Rp 4.000.000,-; Pemenang 3: Piagam Rohto-Mentholatum + Uang Tunai Rp 3.000.000 dan 8 Pemenang Harapan, masing-masing memperoleh Piagam Rohto Mentholatum + Uang Tunai Rp 500.000,- dan Pemenang 60 Karya Favorit: Piagam Rohto-Mentholatum.
- Kategori C: Pemenang 1: Rohto-Mentholatum Golden Award + Uang Tunai 7.000.000,- ; Pemenang 2: Piagam Mentholatum + Uang Tunai Rp 6.000.000,-; Pemenang 3: Piagam Rohto-Mentholatum + Uang Tunai 4000.000,-; 8 Pemenang Harapan masing-masing memperoleh: Piagam Rohto-Mentholatum + Uang Rp 750.000,- dan 150 Pemenang Karya Favorit: Piagam Rohto-Mentholatum.
- Penghargaan Khusus: Pemenang Cerpen Berbahasa Terliris Kategori B mendapat Piagam Rohto-Mentholatum + Uang Tunai Rp 1.000.000,- dan Pemenang Cerpen Berbahasa Terliris Kategori C mendapat Piagam Rohto-Mentholatum + uang Tunai Rp 1.500.000,-
- Seluruh Pemenang mendapat hadiah Antologi Cerpen LMCR-2013.
- Pajak hadiah ditanggung PT Rohto Laboratories Indonesia.
- Nama Para pemenang dapat diakses di:www.rohto.co.idwww.rayakultura.net dan Facebook:www.facebook.com/#!/groups/4598847( Grup Diskusi: Puisi, Cerpen dan Novel
-

Senin, 01 April 2013

CINTA PISANG GORENG



Terlalu sulit membedakan, mana cinta sejati dan manapula sesungguhnya cinta palsu. Aku sering mendengar kata-kata cinta hanya lewat lagu doang, namun bukan menampik kenyataan sesungguhnya dalam hidupku. Kalau membedakan pisang dan singkong memang mudah. Dilihat dari bentuknya sudah jelas. Namun kalau cinta tidak bisa dilihat sebagai pisang ataupun sebagai singkong. Cinta adalah sesuatu yang……….
            “Hahahaha ada ada saja kamu kawan. Mana ada cinta dipandang dari sudut pisang dan singkong segala. Gila kamu!” Erlan mengumpat
            “Iya, kalau pisang goreng pasti ada. Mengunyahnya tidak membutuhkan cinta. Cukup dengan perut yang lapar,” Nyoman ikut-ikutan nyeletuk diikuti ketawanya yang keras.
            Aku lihat kedua teman karibku dengan perasaan aneh. Rasanya apa yang kupikirkan seperti apa yang ada dalam pikirannya. Hebat, wuih bener-bener hebat. Itu artinya perasaan berteman yang mendarah daging sampai merasuk ke dalam pikiran. Hingga sering kerasukan dibuatnya. Kenapa mereka memberi komentar demikian? Ah, ada-ada saja jalan pikiranku.
            “Lho, memangnya kalian tahu apa yang ingin aku omongkan?”
            “Iya jelas tahu dunk!”  Keduanya serempak menjawab seperti dalam sebuah komando
            “Apa?”
            “Hehehe tentang hubunganmu yang lagi kacau dengan Arimbi kan?” Nyoman menjawab.
            “Cerita darimana?” Aku bertanya kaget. Begitu cepatnya berita itu menyebar. Kupikir mereka ini hanya sibuk memikirkan sekolah, sibuk beraktifitas dalam organisasi ataupun sibuk berdemo. Ternyata untuk urusan pribadipun mereka masih peduli. Ini memang benar-benar kawan yang masih memikirkan diriku, mereka adalah orang-orang yang peduli terhadap lingkungan di sekitarnya. Tapi, ah, jangan-jangan mereka nanti akan mengolok aku. Ya, bisa saja dengan cara mereka memancing bicara akhirnya aku akan bercerita banyak dalam segala hal mengenai hubunganku dengan Arimbi. Kemudian secara diam-diam mereka menyebar cerita itu ke teman-teman sekolah yang lain. Menebar dalam gossip murahan. Iya mereka akan menceritakan semuanya. Tentu saja. Cerita ini akan menghebohkan kawan-kawan yang lain. Iya pasti demikian, karena kan aku adalah tokoh yang terkenal dan sangat beken. Baru-baru ini aku memerankan tokoh Arjuna dalam sinetron tayangan televisi dengan thema ‘ Arjuna memburu senggeger’ yang dalam cerita itu aku memerankan tokoh Arjuna si buruk rupa. Padahal dalam cerita sesungguhnya Arjuna itu orangnya ganteng, elok rupawan. Kok bisa ya sutradara merubah keadaan yang sesungguhnya? Ah. Aku ganteng kok!
            “Ha..ha..ha, ganteng katamu? Semprul! Kamu itu menang ganteng karena ngetop Jun, “ terdengar tawa khas Nyoman yang membuyarkan lamunanku tentang tokoh Arjuna nan ganteng. Busyet! Temenku ini bisa-bisa aja. Arimbi…..Arimbi….., semudah itukah hatimu berpaling? Padahal sudah sering aku bawa kamu jalan-jalan ke mall, aku bawa kamu berenang di caprio sambil duduk-duduk lesehan maem gurami, aku traktir mack Donald, kau mencicipi oleh-oleh pizza hut setiap aku ngapel ke rumahmu. Oh, hanya gara-gara xenia kau jatuh kepelukan Sekuni. Dasar kamu cewek matre. Matreeeeeee norak! Udah berapa duit aku habiskan buat kamu. Kantongku menipis. Saldo ATMku kian menciut. Engkau, Arimbi? Uh, malah bibirmu kau berikan si Sekuni brengsek itu untuk mengecup sesuka-sukanya. Bahkan mungkin juga engkau ikut menikmati hingga jontor. Dasar wanita murahan!
            “Tenang, Jun. Nanti Arimbi-mu yang sudah diambil orang kita umpan pake senggeger, gimana? Pasti dia akan berpaling lagi padamu. Pasti dia akan kepincut lagi ama sadel Variomu yang benar-benar pinky hehehe. Simple comme bonjour!” Erlan memperbaiki kekalutanku yang tak mampu bersembunyi dari penglihatan mereka berdua. Oh, dasar nasib apes. Mana Vario belum lunas cicilannya.
            “Bah! Senggeger, lagi-lagi senggeger. Masak Arjuna seganteng aku mesti pake ilmu senggeger segala? Nggak-lah!” Aku mengelak dan menolak saran temanku itu. Aku percaya senggeger. Aku percaya ilmu pelet dan aku tahu keampuhannya. Kemarin aja Subadra aku kasi kerlingan mantap sesudahnya habis-habisan ngejar aku. Bahkan sampai ke rumah selalu diikuti. Mau berak aja sampai dia bela-belain untuk setia menunggu ikutan jongkok di depan pintu. Oh, lugunya Subadra. Untung hanya satu punya rahim. Padahal kalau sepuluh rahimnya, mungkin sepuluh kali bermukim janin-janinku yang nakal. Lha, kok bisa? Satu rahimpun cukup menghasilkan sepuluh kepala bayi. Ah, bingung aku kalau memahami soal itu. Padahal dewi Gendari sendiri nggak pernah ngurus berapa rahimnya, anaknya malah seratus. Wow!
            “Tuh, kan! Ngelantur lagi?” Erlan mengagetkan pikiranku yang menerawang.  
            Iya, bener! Aku malah ngelantur. Kok malah larinya ke rahim segala. Padahal aku mengingat bagaimana kesetiaan Subadra menunggu aku berak di WC. Bah! Sesungguhnya yang ingin aku luruskan pikiranku bahwa keluguan Subadra tak beda jauh dengan keluguan Dewi Drupadi yang hingga kini masih setia mendampingiku. Selalu setia mengantarkan aku handuk manakala di kamar mandi kelupaan terlanjur tubuh terguyur air. Dan mereka biasanya berebutan mengantarkan..tok-tok-tok, berulang-ulang mengetok pintu. Seolah-olah kedua-duanya berebutan ingin menerobos masuk kamar mandi…wuihhhh!! Bangga nian rasanya. Padahal aku sudah bosan melihat penampilan, gerak-gerik dan kemanjaan mereka.
            Karena itu aku percaya ilmu itu. Aku sangat mempercayai senggeger. Namun senggeger jaman sekarang cukup dengan mobil Jepang saja sudah mampu membuat cewek-cewek kepincut.
            “Eh, tetanggaku hingga kini rukun-rukun aja. Padahal dulu dia tidak menyangka bakal bisa menyunting wanita secantik itu. Wanita yang menjadi istrinya sekarang. Lihatlah lakinya, mana udah pendek, gemuk dan botak lagi! Uts! Senggeger itu mampu membuat hidupnya bahagia.” Suara Erlan kian berapi-api.
            Aku mengangguk-angguk. Bukan setuju dengan ucapannya. Hanya bingung. Tidak mengerti dan sangat mustahil. Masak sih senggeger yang tidak jelas juntrungnya mampu membuat hidup orang bahagia? Apa nggak kebalik. Jangan-jangan hanya terlihat luarnya saja yang bahagia namun sesungguhnya bagian dalam kehidupannya malah justru amburadul. Ah, kawanku sungguh lucu kata-katanya hari ini.
            “Terus….trus gimana ceritanya?”
            “Cerita apa?”
            “Itu, tentang tetanggamu yang botak itu”
            “Ya, begitulah…..”
            “Begitu bagaimana?”
            “Iya jatuh cinta menikah dan punya anak”
            “Maksudku apakah dalam pernikahan itu mereka bahagia?”
            “Iya bahagia”
            “Apa tidak pernah terjadi pertengkaran?”
            “Pernah.”
            “Terus?”
            “Ya baikan lagi, sama seperti tetanggaku Anton dan istrinya atau mbak Min dan suaminya, ya biasa-biasalah. Dan aku tahu pasangan yang lainpun pasti demikian. Masak mulus-mulus aja jalan perkawinan mereka? Pastilah sekali waktu ada perdebatan, ada ribut mulut kecil-kecilan terus ya terus ada sedikit pertempuran. Itu biasa dalam rumah tangga. Besok dilihat tetangga yang lain, ya biasa-biasa lagi.”
            “Bagaimana dengan yang mempergunakan jalan itu?”
            Arjuna melipat jidatnya. Menatap temannya. Pikirnya, temannya ini lama-lama selain pertanyaannya aneh juga sikapnya seperti menyelidik. Bukan saja membayang-bayanginya, tapi malah lebih jauh lagi. Mengurus orang-orang yang tidak ada sangkut paut dengan dirinya. Aku yang tidak ada urusan asmara dengannya juga ikut jadi terlibat. Terlibat dalam pembicaraan. Bukan melibatkan asmaranya. Aku juga tidak yakin, apakah temannku ini bisa bermain asmara atau pernah bergelut dengan asmara. Atau malah sebaliknya, seorang pemain asmara yang ulung, yang tengah menyimpan,mempersiapkan dan sewaktu-waktu membentangkan busur asmara kepada setiap pilihan yang dia suka.
            “Membentangkan busur asmara?” Dia berteriak sambil memandang Arjuna kalut.
            Arjuna tidak kaget lagi. Berarti temannya ini memang sang cenayang tangguh. Mampu membaca apa yang tengah dipikirkan.
            “Hmm, kalau begitu coba tolong kamu baca apa yang dipikirkan Arimbi saat ini, kenapa dia malah berpaling dariku,” Arjuna bertanya setelah berpikir sesaat. Bisa juga dimanfaatkan kemahiran dan ketrampilan temannya dalam membaca pikiran orang.
            “Goblok, kamu!”
            Arjuna kaget. Lho, kok bisa goblok gimana sih? Belum sempat merapal mantra, belum terpejam-pejam dalam kontak pikiran sudah asal memaki sembarang aja.
            “Iya, dasar goblok, tidak perlu dibaca pikirannya juga yang pasti Arimbi nggak pernah akan mikirin kamu.” Ujar temannya.
            Wah, ini yang dibaca pikiranku, bukan jalan pikiran Arimbi. Dari tadi dia hanya mampu membaca pikiran Arjuna, jangan-jangan dalam radius sekian kilometer temannya justru tidak mampu membaca pikiran Arimbi yang lagi enak-enak berenang di hutan Dandaka.
            “Yang ada dalam pikiran Arimbi itu hanyalah Bima. Bukan kamu Jun. Kok sejarah mau kau rubah seenaknya. Kamu itu iparnya, Jun. janganlah macam-macam mau merubah sejarah.” Temannya lebih detail menjelaskan.
            “Terus….terus…gimana dengan Sekuni?”
            “Lha, lagi lagi kamu ngomong Sekuni.”
            “Terus pisang goreng itu gimana?” Arjuna semakin bego.
            Teman-temannya pada ngakak ketawa.
            “hei, aku jelaskan ya. Kalau kau yang bawakan pisang goreng, sebaiknya buat kita-kita aja. Percuma. Kau bawakan dia. Pasti akan ditolak mentah mentah.”
            Arjuna menatap Nyoman dan teman-temannya yang lain dalam versi bergantian. Dalam roman tanda Tanya dan pula lewat ekspresi berharap kejelasan.
            “Nggak ngerti?”
            Arjuna menggeleng.
            “Gini aja deh biar simple. Variomu kau tukar dengan Xenia, lalu kau antarkan cewek kau pisang goreng hehehehe, aku jamin.”
            Arjuna manggut-manggut. Baru ngerti. Sekarang pikirannya bercahaya terang. Sekarang dia kagum dan benar-benar salut kalau Nyoman ini memang benar-benar seorang cenayang yang hebat. Berarti kalau dengan Xenia dan pisang goreng…. Jelas tak perlu senggeger. Iya, apa gunanya ilmu pemikat itu kalau ada senggeger buatan Jepang yang jauh lebih ampuh?  Dan tak perlu baca-baca mantra segala, iya nggak? Hehehe benar juga tuh!

Puisi : Eka Budianta MENAK JINGGA



Katakan negerimu masih ada
Kampung halamanmu belum lenyap ke dasar lautan
Katakan, desamu belum hilang ditiup angin
Katakan, kamu masih punya bangsa
Meskipun semakin tidak jelas wataknya

Katakan anak-cucumu masih cinta kebenaran
Katakan, cita-cita leluhurmu masih diteruskan
Dan mimpi besar manusia masih selalu disegarkan
Aku melihat ksatria-ksatria baru
Aku mendengar doa-doa bergema dari hati ke hati
Dari zaman ke zaman orang-orang percaya dan mencintai
Jadi katakan negerimu masih ada

(Negeri Abal-Abal,DNP4)