Minggu, 12 Februari 2012

ARAN-YAKA PARWA (1)


Om, setelah bersujud kehadapan Sang Hyang Narayana dan Nara, juga kehadapan Dewi Saraswati, kami berseru ‘jaya’.
            Setelah putra-putra Pandu menerima perlakuan yang kurang sopan dari putra-putra Kaurawa karena kalah main dadu, Pandawa meninggalkan Gajahoya, keluar dari pintu gerbang yang bernama ‘wardhamana’, disertai oleh Dewi Draupadi dan membawa senjata-senjatanya menuju ke utara. Indrasena dan hamba sahaya yang semua berjumlah empatbelas orang dengan istri-istrinya ikut mengiringkannya. Rakyat mengikuti perjalanan Pandawa itu dengan pandangan mata yang penuh kesal dan kasihan. Rakyat mencela sikap Bhagawan Bhisma, Arya Widura, Danghyang Drona dan Bhagawan Kripa, karena tidak mampu mencegah malapetaka yang dilontarkan oleh putra-putra Kaurawa atas diri Pandawa itu. Rakyat mengeluh, “kita akan kehilangan keluarga, kehilangan diri kita sendiri, rumah kita, bila si penuh cemburu, Pangeran Duryodhana, dibantu oleh putra Suwala (Sakuni) dan Karna memegang kekuasaan. Negara tidak akan sentosa, jika pangeran Duryodhana memegang pimpinan Negara. Marilah kita ikuti kemana saja Pandawa pergi”
            Rakyat pun  mengikuti Pandawa dan berkata,’Tuhan merakhamati paduka tuanku. Paduka tuanku akan pergi kemana, meninggalkan kami dalam kesedihan? Kami tidak bersekutu dengan orang jahat, karena akan menghasilkan dosa. Seperti bunga tidaklah dapat berpisah dengan air dan tanah, supaya bisa tumbuh menjadi bibit yang baik.”
            Prabu Yudisthira berkata,’dirakhmatilah kiranya kami, sejak ajaran Brahma ada dalam kalbumu. Kesedihamu atas penderitaanku menambah jaya yang belum ada padaku. Aku dan saudara-saudaraku sekalian akan minta satu hal kepadamu untuk ditaati. Hanya dengan merasa kasihan terhadap nasibku yang malang ini seharusnya engkau tidak berbuat yang salah. Ingatlah, bahwa kakekku Bhagawan Bhisma, Prabhu Dhritarasthra, Arya Widura, ibuku dan kawan-kawanku lainnya yang masih semuanya ada di kota Hastinapura ini. Janganlah menambah kesedihan mereka dengan jalan mengikuti perjalananku. Aku minta agar engkau kembali ke tempat tinggalmu masing-masing. Jagalah keselamatan mereka itu semua sepeninggalku. Hiburlah kesedihannya karena berpisah dengan kami. Engkau telah berjalan jauh. Kembalilah, hai rakyatku. Sampaikanlah bekal kebaktianmu itu kepada keluargaku yang kini kuserahkan kepadamu dalam pemeliharaanmu. Dengan mentaati perintahku ini engkau telah memberi kepuasan hati kepadaku. Berilah aku ucapan selamat jalan!’
            Sehabis menyampaikan nasihatnya itu Prabhu Yudisthira mempercepat laju jalan keretanya. Rakyat pun mengeluh,” aduh, sayang rajaku!” dan mereka mulai menghentikan usahanya untuk mengikuti perjalanan Pandawa. Pandawa akhirnya sampai di sebuah pohon beringin yang bernama “Pramana” di pinggir sungai Gangga. Disana beliau bermalam. Para Brahmana yang mengikuti perjalanan beliau menyalakan api pemujaan dan mengutarakan Weda-Mantra dengan suara yang merdu.
(penulis, I Gusti Ngurah Ketut Sangka, Kerambitan 24 oktober 1964)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar