Jumat, 27 Januari 2012

Prosa liris: ROMANSA SAIDI


kisah asmara sang SENIOR (senang istri orang)
titian kembir

5. warung dara remaja

Warungnya cukup khas dikenal dan hampir semua pejabat yang dibawanya berkenan mampir mencicipi negosiasinya. Semua berjalan dengan cara penuh makna sebagai relasi kerja. Sejawat yang meluangkan negosiasi terasa lancar. Nama warung itu ‘Dara Remaja’ yang pada awal mulanya bernama ‘Warung Remaja’, berhubung gaya penampilan Saidi mirip don juan penakluk ‘dara’ hingga ada tambahan sinonim yang tidak terlalu menyolok namun ideal. Warung yang sangat sederhana buat lidah yang mewah.
Selanjutnya ia datang kembali bersama perempuan yang lain, mengenalkan warungnya. Dan warung yang sesungguhnya pengelolaannya adalah masih milik keluarganya, bagi lidah yang datang justru sangat mengesankan. Jika di warung keluarga satunya dia datang bersama teman kencannya yang bukan istrinya, maka mereka pada berkilah :
“Eh Siapa lagi yang kau ajak kemari, perek mana lagi yang kau bawa”. Oh, kalimat sengak yang memang sudah menjadi tabiat Saidi untuk dikomentari saudaranya.
 Perek? Semakin tahulah kegamblangan kisah Saidi membawa perempuan yang memberikan tabiat kata pada aksen khasnya. Itu menandakan Saidi dianggap suka membawa perek untuk dibawa mampir ke warungnya, selanjutnya disuguhkan pelet dalam campuran makanan secara diam-diam. Itu yang terjadi, setelah dipikirkan berlama-lama meninggalkan tamunya ke ruang belakang.
Dan seperti biasa di warung ‘Dara Remaja’ itupun ia berlaku. Warung itu lahan yang mudah buat merencanakan niat busuknya. Dan rencana Saidi mengalir lancar dalam kebusukan-kebusukan bak makanan yang masuk dalam liang lambungnya yang tak menyembunyikan borok, namun mampu membius orang sekitarnya untuk lupa sesaat.
Tentu dia akan berlama-lama ke belakang sebelum menemani teman kencannya. Entah apa yang dilakukan di belakang. Sesaat kemudian tak lama keluar dengan binar yang tanpa sadar, setelah sang perempuan mencicipi hidangan menjadi turut berbinar-binar melupakan latar belakang. Kemudian tertawa bersama dan bersenda gurau dengan bercakap seronok, mendekati vulgar. Kemudian bercengkerama. Kemudian saling cengkeram. Dan pada akhirnya sama-sama tidak menyandang status. Hingga pada akhirnya membentuk garis lurus. Tidak membentuk norma lagi. Pada akhirnya sama-sama belajar mengigau.
Jika sang perempuan tidak tunduk, maka Saidi menambah kegaiban spare-part lebih spesifik lagi, bila perlu dibuat hingga terlena, lupa untuk membedakan mana daratan dan mana lautan. Mana hunian rumah, serta lupa jalannya pulang. Inilah jurus kedua yang diterapkan pada setiap perempuan yang tak mampu menolak asmara yang ditawarkan. Tak mampu ditawar tawar.
Tak mampu!!!
 
Romansa Saidi
Prosa liris
DG KUMARSANA





PENERBIT
PUSTAKA EKSPRESI
Jl. Diwang Dangin No. 54
Br. Lodalang, Kukuh, Marga, Tabanan
Bali. Telp. (0361) 7849103

Editor : Mohammad Ismail
sampul
Lukisan    : Mohammad Ismail
Tata letak : I Made Sugianto
cetakan Pertama : nopember 2012
Percetakan : Ekspresi Printing


Tidak ada komentar:

Posting Komentar