Jumat, 27 Januari 2012

BEKERJA DI KF SEBAGAI BATU LONCATAN


Apa benar demikian? Tulisan ini berangkat dari beberapa kali terjadinya penyaringan test CPNS yang diikuti  hampir sebagian besar para calon-calon pencari kerja yang rata-rata umumnya datangnya dari anak-anak baru lulus sekolah, anak-anak yang lama menunggu kesempatan untuk mencari status kerja yang pasti juga anak-anak kita di Kimia Farma NTB yang belum jelas status kepegawaiannya antara menunggu kepastian sebagai pegawai tetap (PT) atau berpeluang hanya sampai pada pegawai tidak tetap (PTT) seumur masa kerja total ( sampai pensiun)
            Peluang untuk memperbaiki taraf hidup atau katakanlah ada peluang untuk memperjelas status atau singkatnya  bekerja sebagai seorang pegawai negeri ada punya gengsi tersendiri. Gengsi berseragam bak guru oemar bakri berjiwa sysiphus. Untuk memburu status dan gaji yang lebih baik. Mengapa tidak? Kalau usia dan kecerdasan masih mampu untuk bersaing mengapa disia-siakan datangnya peluang? Bisa sebagai ajang untung-untungan, ajang coba-coba atau juga ajang semacam move halus untuk membuktikan : Ini lho lapangan kerja lain masih membutuhkan saya, tidak hanya menunggu kepastian di satu tempat.(misalnya sampai tua di KF dengan status calon pegawai belum pasti status kepegawaiannya)
            Untuk tahun ini saja (test CPNS NTB) hampir ratusan orang lulus dan yang perlu dicatat 5 orang diantaranya adalah justru tenaga-tenaga Asisten Apoteker yang sudah cukup handal bekerja di Kimia Farma NTB. Tahun ini yang berhasil lulus terdiri dari 4 orang tenaga AA wilayah kerja outlet  KF Mataram serta 1 orang rekan dari KF Asy-Syifa Bima. Itu berarti untuk bulan berikutnya sudah terjadi pengurangan tenaga yang kalau dihadapkan pada pilihan, mereka jelas-jelas akan memilih sebagai pegawai negeri dengan status jelas masa depannya lebih jelas ketimbang harus bekerja di Kimia Farma dengan ketentuan nasib serta status belum pasti.
Apakah akan terjadi Opini yang beredar diantara sesama karyawan bahwa bekerja di KF hanyalah sebagai “batu loncatan” untuk selanjutnya sambil menunggu kepastian lewat uji coba-coba sebuah peruntungan nasib di institusi lain. Hal ini jelas akan membuat kelabakan SDM KF sendiri karena dengan demikian akan disibukkan kembali oleh berbagai urusan pelatihan buat calon tenaga tenaga baru yang tentunya akan merusak data base kepegawaian, harus menggodok ulang tenaga baru yang perlu mencurahkan pikiran, tenaga dan waktu yang hasilnya juga belum tentu terampil sedemikian prima sebagaimana tenaga-tenaga handal yang telah mengundurkan diri. Manakala terjadi kekurangan tenaga, pengurangan karena  sudah berubah status sebagai PNS, maka salah satu ide tepat mengingat mereka rata-rata tenaga kerja yang paham betul mengenai seluk beluk di Kimia Farma selama pernah mengabdi di perusahaan ini, adalah memanfaatkan sistim ”berbagi kerja” dengan memberlakukan jam kerja paruh waktu sebagai tenaga part-timer. Itu bisa terjadi kalau mereka masih berkeinginan tetap memiliki loyalitas pada ladang lama sepetak tanaman kacang yang saat berbuah tidak melupakan tanahnya yang pernah gembur. (baca: seandainya kacang tidak lupa akan kulitnya). Barangkali inilah kata-kata mutiara yang indah buat Kimia Farma. Mereka yang masih belum jelas statusnya bekerja di KF akan bertanya, benarkah bekerja di KF menjanjikan masa depan yang baik ataukah saya akan mengikuti jejak rekan-rekan yang rame rame berebutan memburu ticket ke jalur PNS?
            Katakanlah dari 10 orang yang mengikuti test 5 orang yang lulus. Dari kehilangan 5 orang tenaga yang handal dan sudah demikian terampil dalam menghadapi pekerjaan otomatis nanti pada periode berikutnya (entah tahun depan atau 2 tahun kedepan, apabila standar usia masih memungkinkan dalam mengikuti persyaratan test) masih akan berlaku bagi mereka yang belum memperoleh keberuntungan untuk mencoba lagi meraih peluang yang tersisa. Mencoba lagi dan mencoba terus! Sementara waktu karena belum lulus test CPNS, biarlah bertahan dulu di Kimia Farma, kurang lebih demikian komentar dari tenaga-tenaga yang belum berhasil. Dan Kimia Farma harus berkemas lagi untuk mempersiapkan diri membuka iklan mencari tenaga kerja baru menunggu datangnya surat lamaran sebagai kompensasi tenaga yang telah keluar. Akankah kita disibukan dengan melatih tenaga yang baru, menyediakan waktu dalam test psikologi berbagai uji kejujuran dan uji ketepatan cara kerja para calon pengganti sekaligus uji mental out-bond atau tanpa repot-repot cukup menjadikan mereka sebagai tenaga part-timer ataukah ada upaya-upaya lain dari SDM KF dengan mempercepat proses status kepegawaian mereka?
            Adalah wadah yang tepat dalam membuka akses komunikasi lewat SPKF. Segala uneg-uneg dan saran silahkan disampaikan, demikian antara lain pembuka kalimat yang pernah dikemukakan Drs. Suhud Haridjono selaku manager Bisnis Manager Mataram. Hanya saja sekarang adakah keberanian karyawan untuk mengemukakan keluh-kesah lewat jalur media ini. Seandainyapun ada keberanian apakah tidak menimbulkan implikasi ”buruk” bagi kelangsungan kerja karyawan yang bersangkutan. Karena ada beredar kabar dari pihak personalia BM Mataram  Ali Akbar, SH baru-baru ini bahwa kalau setiap karyawan yang punya keinginan untuk mengikuti test CPNS harap lapor dan segera mengajukan surat pengunduran diri dari Kimia Farma. Sangat mustahil harus menerapkan aturan demikian kalau seandainya surat pengunduran diri telah ditanda tangani manager, ternyata karyawan (yang rata-rata mengikuti test masih berstatus tenaga kontrak) saat pengumuman test CPNS tidak lulus. Seandainyapun itu merupakan peraturan Kimia Farma akan menjadi PR yang sangat dilematis bagi SDM-KF. Apakah akan terjadi tenaga-tenaga SDM yang bersifat siluman nantinya? Ataukah harus ditelusuri terlebih dahulu minat kerja yang benar-benar loyalitas berprinsip pada sense of belonging selama bekerja di Kimia Farma untuk meneruskan jenjang status sebagai pegawai tetap.
            Saat penulis hubungi Drs. Suhud Hardjono di ruang kerjanya, beliau membantah bentuk-bentuk pelarangan terhadap tenaga yang akan mengikuti test CPNS. ” Itu hak mereka, jangan dihalangi. Mereka ingin mencari pekerjaan yang lebih baik selain di Kimia Farma. Hanya konsekuensinya setelah lulus CPNS mereka memang sebaiknya mengundurkan diri. Tidak mungkin kita memberikan tanggung jawab pekerjaan serta hal-hal yang menyangkut rahasia perusahaan yang tidak boleh diketahui pihak luar atau pesaing.”
            Sangat beralasan juga apa yang menjadi statement personalia BM Mataram, Ali Akbar SH, yang mengemuka justru akan memberikan kesulitan di pihak perusahaan terhadap tenaga-tenaga yang telah terampil pada akhirnya sebagai PNS mereka akan memilih satu pijakan baru selain di Kimia Farma. Dan pada akhirnya Kimia Farma akan harus melatih tenaga baru lagi secara berulang-ulang setiap pergantian tahun musim-musim pembukaan pendaftaran test CPNS.
            Demikian salah satu pembuka rencana kerja SPKF yang pada akhir desember 2008 baru-baru ini saat mengadakan sharing bertempat di KF 189 Sriwijaya. Pengurus-pengurus baru yang berkemas membuat ajang urun rembug seputar masalah-masalah yang menyangkut kepegawaian plus dilema yang terjadi terhadap manajemen KF. Dengan harapan tidak menyimpang yang mengesankan selalu berseberangan ide dan pelaksanaan Kita tunggu kiprahnya yang  penuh nuansa inovatif tentunya. Selamat bekerja.(DG.Kumarsana)

Catatan: tulisan yang dibuat 3 tahun yl pernah saya kirimkan ke sebuah majalah , dengan tanpa ada maksud membuat tersinggung semua pihak yang berkepentingan, tulisan ini saya edarkan kembali khusus buat rekan-rekan sesama pekerja yang saya cintai sebagai bacaan hiburan di kala senggang. Khusus buat rekan-rekan generasi muda sebagai upaya untuk mengetahui untuk sebuah masa depan yang pasti kita mengarah pada pijakan yang mana?
Catatan tulisan tahun 2009 sebagai sebuah perbandingan yang akan sia-sia kalau tidak dibaca. Selamat membaca! Salam dari Bumi Gora Mataram. Bravo suasana kerja yang gemilang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar