Kamis, 28 Maret 2013

SURAT MAYA TIFFANY



Jumat pagi membuka disambut dengan nyanyian. Hidup tanpa lagu memang terasa hambar, sepi dan sunyi mencekam. Sebuah email seseorang yang mengatakan teman masuk ke dalam tubuhku. Terbaca satu sosok nama. Berulangkali kubaca pesan yang seolah ingin meyakinkan sebuah kebenaran peristiwa. Bacalah: seakan mengunyah krupuk di warung sebelah dengan masakannya yang khas, dengan pindang gorengnya yang mengundang asam lambung berhenti menyalak. Seakan kemeriukan suara sel sel di dalam ususpun ikut mencerna membantu tugas lambung yang mungkin rada rada limbung terendam asam cuka berlebih.
            “Pertama saya berterimakasih atas reaksi anda ke email saya, online dengan pesan, yang sudah saya dikirim ke anda. Bagaimana setiap yang disana di Negara anda saya percaya bahwa anda dalam kesehatan yang baik, dan bahwa suasana di sana di Negara anda sangat bagus hari ini? Tambang adalah sedikit hangat di sini di Dakar Senegal, “
            Hangat yang bagaimana, apakah barangkali sehangat hawa menganga tambang yang menyerap tubuh jadi menciut ataukah……
            “hek…cuih……” seorang ibu tua menyemburkan air ludah yang hampir membasahi badan kendaraan ketika kulewati tak seperti bau akik yang di jual sepanjang trotoar dengan sembarangan begitu saja. O, sahabat kukira ini bahwa kesehatan di negaramu tak berbeda jauh dengan negaraku, entah mungkin harga obat TBC disana jauh lebih murah ketimbang memperdagangkan beberapa jenis obat kanker di negaraku oleh seseorang penderita yang pernah mengaku pejabat tinggi provinsi yang ketika melewati masa-masa rawat inap di daerah lain terpaksa harus mengurus surat miskin. Hak si miskin yang digulingkan pada sesungguhnya yang masih mampu membeli parfum mahal, liontin bahkan mengunyah emas mengganjal jantungnya.
            “Nama saya Tiffany dengan waktu yang kurang berharga diberkahi usia, saya (24 years tua) tapi usia tidak penting dalam hubungan yang nyata, jadi saya merasa nyaman dengan usia anda, saya berasal dari Liberia, Afrika barat, 5,2  ft tinggi, cahaya di kulit tungga dan pernah menikah serta saat ini saya berada di sini di Dakar sebagai akibat dari perang sipil yang telah berjuang………”
Beberapa tahun yang lalu?
            “hek…..cuih…” lagi-lagi seorang ibu seolah iseng. Sekarang bemper kendaraan seakan kena cipratan angin. Dari sebuah tiupan menerpa yang sudah berbau air.
            “ Ayahku akhir Dr. Bernard Colly, adalah seorang politikus dan managing director di Monrovia ibukota Liberia sebelum para pemberontak menyerang rumah kami satu pagi dan membunuh ayah dan ibu dengan darah dingin ( industry dan tambang emas). Sekarang,karena saya sedang berbicara dengan anda, saya satu-satunya orang hidup dalam keluarga saya, dan saya berhasil membuat jalan saya untuk dekat dengan Negara Senegal mana saya berangkat sekarang sebagai pengungsi di bawah perawatan seorang pastor pendeta dan saya menggunakan computer untuk mengirim pesan ini kepada anda sekarang”
            “Harap jangan tersinggung untuk pesan yang datang dari saya silahkan, yang hanya bahwa saya don,t tahu apa lagi yang harus dilakukan, karena keadaan saya disini sebagai npengungsi ini memberikan saya perhatian besar, karena itu, saya akan seperti anda untuk mempertimbangkan saya situasi sebagai seorang yatim piatu, dan jenis dengan saya, karena saya meletakkan seluruh kepercayaan saya pada anda dengan ketakutan, meskipun I don,t tahu siapa anda sebelumnya, tetapi saya percaya bahwa anda tidak bisa mengkhianati itu di akhir”
           
            “Saya telah berkomunikasi anda karena situasi yang sulit saya disini di kamp pengungsi, seperti salah satu tinggal di penjara dan saya berharap oleh kasih karunia Tuhan saya akan datang kemari segera its” satu lagu kembali berganti pada liang pendengaranku. Kuatatap berulang kali surat yang tertulis pada badan email.
            “Saya tidak memiliki kerabat yang sekarang saya bisa pergi ke semua keluarga saya lari di tengah-tengah perang- satunya orang yang saya miliki sekarang adalah pendeta (pendeta Michael Tawawa), yang adalah dari pendeta dari DE (KRISTUS JURU SELAMAT MISI) di sini di kamp, ia telah sangat bagus untuk setiap tubuh di kamp, tetapi kita tidak hidup dengan dia, bukan kita meninggalkan di asrama, yang terbagi menjadi dua bagian: satu untuk laki-laki dan yang lainnya untuk betina. Jumlah telp Pendeta adalah (221-774862769). jika anda menelepon dan mengatakan kepadanya bahwa anda ingin berbicara dengan saya (Tiffany) ia akan mengirimkan bagi saya di hostel. Sebagai seorang pengungsi di sini, saya tidak memiliki hak atau hak istimewa untuk hal apapun, baik itu telepon atau apa yang pernah, karena hal itu bertentangan dengan hukum negara ini”
            Saya cinta aku ingin kembali ke studi saya karena saya hanya dihadiri tahun pertama saya sebelum insiden tragis yang memimpin saya untuk hadir dalam situasi ini sekarang terjadi.
Silakan dengarkan ini (silakan itu rahasia, bahkan tidak ada yang tahu tentang hal itu kecuali ayah Pendeta yang tahu tentang itu)
            “hek..cuih…!!” Sayup sayup terdengar suara yang kian menguping pendengaranku,
            Remah kerupuk itu kian mengunyah penglihatanku yang kian suram kalimat-kalimat mati bertubuh tebal akan sebuah berita kematian yang norak, sebuah kematian yang membuat terperdaya.
Mataku pedas
            Saya memiliki pernyataan almarhum ayah saya account dan sertifikat kematian di sini dengan saya, yang saya akan mengirimkan kepada Anda yang terakhir, karena ketika ia masih hidup ia diendapkan beberapa jumlah uang di bank asing terkemuka yang ia gunakan nama saya sebagai keluarga terdekat,dalam jumlah total, adalah $ 6,7 (Enam juta Tujuh Ratus Ribu Dolar AS).
            Jadi saya akan seperti Anda untuk membantu saya mentransfer uang ini ke rekening anda dan dari itu, Anda dapat mengirimkan uang untuk saya untuk mendapatkan dokumen saya bepergian dan tiket udara untuk datang untuk bertemu dengan Anda. Aku terus rahasia ini kepada orang-orang di kamp di sini, satu-satunya orang yang tahu tentang itu, adalah Pendeta karena dia adalah seperti seorang ayah kepada saya. Jadi, saya akan seperti Anda untuk menyimpannya untuk diri sendiri dan jangan menceritakannya kepada siapa pun karena saya takut kehilangan hidup saya dan uang jika orang mendapat tahu tentang hal itu
Ingat saya memberi Anda semua informasi ini karena kepercayaan saya digulingkan pada Anda. Saya suka orang-orang jujur ​​dan pengertian, jujur ​​dan orang yang punya visi, orang-orang pekerja keras dan takut akan Tuhan
            “Hek..cuihhhh…”
            Manakala berhenti pada kata kata Tuhan yang menurut pendengaran saya demikian sakralnya arti sebuah sebutan, mulut saya menganga lebar lebar, boleh bayangkan mulut jerapah yang lagi menganga, selebihnya bayangkanlah ketika dirimu tengah berada di padang sabana nan luas dalam pantulan teriknya mentari di musim kemarau yang selalu membasahi bumi ini dengan cahayanya yang melegam melepuhkan mulut bumi, memerak memberi tanda-tanda hitamnya suasana. Bukan soal ketakutan ketakutan akan Tuhan dalam kebenaran kebenaran sebuah peristiwa yang dikaitkan dengan nurani manusia. Aku barangkali terlalu dangkal akan kata kata cinta dan sesuatu yang mampu merubah jadi pengkhianatan semacam mainan yang mampu merubah mimpi mimpi ataupun membeli mimpi mimpi itu, dan sekali lagi bukan soal angka yang mungkin terlalu fantastis diterjemahkan otakku yang suka berkhianat akan kebenaran . sekalipun kebenaran itu kupaksakan untuk tetap setia bermain-main dalam pikiranku, toh tak akan selamanya akan membuat jera. Namun bagaimanapun pula aku mesti menimang semua itu.
            “Bahasa favorit saya adalah bahasa Inggris dan saya berbicara bahasa Inggris sangat lancar. Sementara itu saya akan seperti anda menelepon saya dan mengatakan saya punya banyak hal untuk memberitahu anda. Ini adalah gambar saya. Saya akan mengirimkan anda lebih di mail berikutnya. Have a nice day dan berpikir tentang saya. Menunggu untuk mendengar dari anda soonest. Salam dalam kasih, lewatkan. Tiffany.”
            Hek cuiiiiiiiiihhhhh…….sekarang warna air benar benar berbuih di tubuh kendaraanku yang kian panas terpanggang matahari lereng gunung Pengsong. Kulihat wajah cantik Tiffany legam seakan terbakar matahari
***
            Semula pagi itu belum turun hujan, bangun tidur langsung duduk menghadap laptop. Bermula membaca sebuah balasan email dari seorang teman di Senegal yang katanya lagi sedang berada dalam pengungsian di Liberia, sebuah pemberontakan di Dakar yang menyebabkan terdampar hingga berdiam di sebuah rumah pengungsian di rumah pengungsian pendeta dari DE, yakni kristus juru selamat misi, dan dalam email sebelumnya dikatakan pula bahwa, dalam pemberontakan itu ayah dan ibunya tewas dibunuh. Ayahnya, dr Bernard Colly adalah seorang politikus dan managing director sebuah perusahaan Monrovia di Liberia. Para pemberontak menyerang rumahnya yang mengakibatkan ke dua orang tuanya tewas. Itu cerita seorang gadis Tiffany berusia 24 tahun yang entah benar atau hanya ngarang-ngarang saja. Dan pada balasan berikutnya dia menyebutkan sebuah bank asing pada bank royal yang bermarkas di Scotlandia dengan lengkap menyebutkan data uang yang tersimpan disana sebesar Enam juta tujuh ratus ribu dollar ,sebuah angka yang demikian fantastis untuk digunakan sebagai sebuah usaha. Bukan tertarik soal nilai uang yang terkandung disana (terlebih dia katakan aku miliki hak 18% dari total nilai, karena membantu Tiffany), namun data data lengkap yang Tiffany cantumkan seolah hanya sebuah rahasia yang dia katakan lebih rinci bahwa hanya aku sendiri yang dia informasikan serta pendeta yang bernama Michael Tawawa yang berada satu kamp dalam pengungsian itu. Bukan satu tempat sebagaimana yang dia kisahkan.
            Dia katakan terpisah antara tempat kamp pengungsi laki-laki dan betina, dalam artian tidak satu atap ataupun hidup bersama pendeta itu. Hanya dia menganggap pendeta itu seakan-akan sebagai ayah kandungnya sendiri. Kemudian selain daripada itu ia juga menyebutkan account ayahnya selaku pemilik uang serta dia ceritakan hibah pada saya dengan masih memiliki sertifikat kematian ayahnya, yang dilimpahkan padanya.
Enam juta tujuh ratus ribu dollar, sebuah angka yang fantastis,..!!!!
            Jadi seolah olah dia atau aku yang akan mengerti seandainya berlaku seperti dia atau sebaliknya dia yang berlaku seperti aku, untuk secara pribadi dan diam diam menyimpan dulu uang itu untuk selanjutnya nanti diharapkan meneruskan kepadanya.
            “Aku mencintai hidupku, aku tak mau kehilangan hidupku”, itu ungkapan awalnya dipertemukan via email lewat suratnya yang bernada sedih, padaku dan uang yang masih disisakan ayahnya itulah sebagai pengantar cita cita yang masih kandas, yang hanya baru setahun belum genap mengecap pendidikan yang sesungguhnya ingin dia lanjutkan dikemudian waktu.
            Lain itu pula mungkin dengan harapan mentransfer uang itu padaku untuk selanjutnya akan mengirimkan padanya sebagai syarat untuk mengurus dokumennya untuk bepergian. Nada yang terkekang terbaca dalam email tersebut. Sebagaimana hukum yang ada disana, seperti yang ia katakan kembali, bahwa mereka yang berada di pengungsian itu tidak memiliki hak, sebagaimana hak hidup untuk menerima telepon, makanya dia secara rinci memberikan nomor telepon pendeta yang bisa aku hubungi barangkali pula akan menyerahkan padanya.
            Sekali lagi, entah benar, entah tidak.
            Namun atas dasar info yang disampaikan untuk secepat mungkin menelepon atau menulis surat pada bank yang dia sebutkan, aku membaca sebuah email pada bank tersebut yang juga secara asal mengirim email sebagaimana yang tercantum dalam surat yang dia ceritakan kembali. Dan mungkin secepatnya akan mendapat balas.
            Mendapat balas dari pihak bank untuk membuktikan kebenaran suatu cerita. Entah sebuah cerita yang mengada ada atau memang benar benar sebuah fakta.
            Namun seandainya ini sebuah kebenaran, sebuah fakta, alangkah menderitanya Tiffany, selain mengalami musibah orangtuanya terbunuh, hilang hdupnya, masa depannya di saat dimana anak anak muda masih harus mengenyam pendidikan, dan bagaimana harus melanjutkan semua cita cita masa depannya yang musnah begitu saja. Aku berpikir barangkali Tuhan memberikan jalan dan satu satunya aku ditunjuk untuk membantunya atas dasar kepercayaan yang dilimpahkan Tiffany kepadaku.
            Dan kututup email itu. Kurebahkan badan letih ini, menutup mata pelan pelan. Sebab besok harus bekerja kembali seperti biasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar