Dari bebukitan yang
mengulum kenangan
Dari cahaya yang kau
sebar sebagai kehingaran satu pedukuhan
Berpasang pasang burung
camar terbang mengitari langit
Selepas sayap tersayat sesaat
berduyun duyun memamah makanan di atas tanah
Anak anak belum melepas
pergi ketika sepasang sayap ada luka
Berteriaklah ia sembari
lantang mengajarkan untuk tetap terbang
Punya mata punya dunia
melipat sembarang angin yang mampu kitari
Di salah satu kamar
sepasang kekasih memagut hari menari sebagai pasangan burung yang bebas
Di kejauhan gelombang
berputar bergulung melepas buih
Dan kau tetap
mengulumnya hingga luluh lantak
Punya mata punya dunia
melipat tubuh sembarang suara suara meringkih
Kamar bebauan tuak dan
mata berbinar menatap tak berujung
Melumat hangat asmara
sesaat
Dari bebukitan yang
mengulum kenangan
Tiga malam mimpi
terlewat tanpa ada pemiliknya
Kapan menikmati waktu
bagai burung camar yang bebas tak mengenal rumahnya
Tertidurkah atau punya
mimpi sama. Namun tetap terbang mengukur langit
Seperti beberapa
tenggak tuak rupa rupa tubuhku melayang
Tanpa sayap
Serasa membidik petak
petak sawah, pantai yang digulung ombak bahkan bebukitan melingkar-lingkar
menusuk bumi, barisan pohon dengan ranting menusuk langit bagai terbang
Di ketinggian camar
Salah satu ruang di sudut
villa
Sepasang burung
bercengkerama
Menunda mimpi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar