Dari gelombang signal yang tak terbaca jelas
frekwensi memaksa manusia berubah menjadi serigala
yang lapar
memangsa sesama, membantai, membunuh, membakar
tak ada doa, tak perlu kata kata lagi
tak ada dosa, tak perlu ketakutan lagi
Setumpuk kalimat yang tertulis dalam puisi hanya
bermakna lewat sebilah pedang
Dan lupakan kebenaran
sesaat, pinjamkan mantra lalu kita titip di warung-warung sembari menenggak
arak dan berteriak lantang:
Manusia tak lebih seharga nyawa yang dititipkan pemilikNya
serta mampu kita beli di sepanjang kedai-kedai malam, cahaya sentir yang
menyuramkan kebenaran
Kebenaran yang jadi angin
Dibenarkan anginnya sendiri
Bermakna manakala penebusan dosa diikhlaskan
sesaat
Dan wahai logika! :
kita simpan sementara di saku celana lalu gantung sepanjang jalan tempat
meramaikan pesta barbarisme
aspal jalanan basah
hujan darah
makna kematian bagimu
telah menggurat kemenangan
yang pantas dilupakan
Dewa-dewa turun dari
langit menaburkan bunga bunga karma di seluruh bumi
belahan hamparan pada
permukaan berbau busuk
anyir darah tercium di
akherat
serupa anggur pada
penciuman bumi
lereng pengsong okt 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar