Jumat, 16 November 2012

PEREMPUAN



Perempuan itu sering berjalan menyusuri sawah menghabiskan waktu dengan diam. Mata yang mengaca bening tak meninggalkan gurat menua. Separuh waktu berjalan dengan pikiran-pikirannya selebihnya mendahului waktu-waktu yang tidak berhenti untuk menahan pikirannya sendiri. Sepanjang jalan telah dilalui. Sepanjang sungai tak pernah lepas dalam susuran. Perempuan itu tak pernah punya cita-cita, tak pernah ada yang bertanya, entah berapa keturunannya hingga kini, entah berapa yang pernah terlahir dari rahimnya. Tak pernah ada yang tahu ataupun tak pernah bertanya. Bau amis keluar dari mulutku, katanya suatu ketika. Entah berapa ikan yang keluar dari rahim, barangkali kali ini melengkapi sirip untuk mengajarkannya berenang. Bulan jatuh pada hari kesembilan tepat memantul pada air yang bergerak pelan, sepanjang sungai yang telah berganti menyusurinya melahirkan anak-anak kembali. Air itu berubah bening, sebening matanya yang tak pernah diam mengalirkan misteri. Tepat pada purnama ke sepuluh, waktu menjaganya untuk terlahir hingga dia merasakan bau amis di mulutnya tak terasakan lagi.


lereng pengsong 15 nop 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar