Di balik kaca jendela,
wajahmu
merah dadu bersemu bak
kisah percintaan Romeo dan Juliet yang frustasi
mengatakan, cinta kita
tak sampai hanya berbatas pagar reyot
dan hanya angin yang
menyampaikan kabar
tidak, kau mengelak dan
menolak
cinta kita ibarat sampek
ingtay yang berburu bulan dalam percintaan tak sampai
serta menjadi kupu kupu
yang mengisap asmara tak karuan
itu yang kau katakan
dengan senyum mengembang menjanjikan
ah, engkau keliru dik,
Mari kita ciptakan
cinta kasih asmara tidak seperti dalam novel percintaan, drama asmara
ataupun roman picisan
yang membuat ikut-ikutan patah hati
serta tokohnya sengsara
demikian menyayat mengakhiri kisahnya dalam airmata
di balik jendela,
wajahmu menatap bayang bayang bulan yang memancar menembus malam
menjanjikan keanehan :
janganlah menjadi Romeo, janganlah menjadi Sampek
jadilah bulan yang
cahayanya memagari hatiku ketika tidak ada hati yang mau nangkring kemari
wahai, aku suka maumu
tahukah itu:
diam diam
sepanjang malam aku
memasuki jendela hatimu bersama cahaya yang
menyelusup dalam
kegilaan,
menyusun mimpi mimpimu yang akan aku terka
engkau berteriak kaget
“bukan itu mauku!?”
aku tercengang
kupikir engkau sepasang
Juliet dan Engtay yang diam-diam lesbi tak seronok
ah, hanya menduga
itupun dalam mimpimu
tak jelas
Aduh Bli.... kejam amat, engkau pikir jeruk makan jeruk. Engtay dan Juliet diam-diam lesbi. Tapi aku suka puisi ini :D
BalasHapus