Pohon depan rumahku daun daun yang memanggil
melambai
Jendela tanpa kaca
Pohon depan rumahku daun daun yang selalu rajin
menyapa
Pada setiap tamu yang datang membawakan cerita
Tidak pagi tidak siang tidak malam
Tidak hujan tidak terik di waktu kemarau yang pernah
hilang
Selalu datang membawakan kembang sekeranjang untuk
di tanam di halaman depan
Pohon depan rumahku daun daun yang tak pernah
menguning
Saling bertegur sapa merencanakan perjalanan esok
hari
Sembari mendengar suara nenek seakan melambai
seperti dedaunan yang selalu hijau
Depan rumahku teduh berkata, “jangan terlalu jauh
merantau”
Kudengar suara nenek mendinginkan angan yang lama
terpendam
Hanya sebentar saja nek
Jangan, ujarnya pula
Siapa yang akan merawat pohon pohon rumah
Akan kubawa pohon itu serta ke tanah seberang
Dan tepat pada putaran purnama ketujuh benih itu
mengembang sebagai dedaunan mati
Pohon depan rumahku daun daun yang mulai
meninggalkan kehidupan
Menguning dan tak terawat
Seperti batu nisan membenam kematian tak memberi
sapa
Dan nenek sudah tidak terbatuk batuk menggigit daun
sirih
Tak terlihat di balik jendela
Tanpa kaca
Pohon depan rumahku daun daun yang mulai membakar
riwayat
Tak serupa lambaian kedamaian menyambutku di kejauhan
Ribuan jarak yang panjang mengukur usia yang kian
mudah dimakan waktu
Pohon depan rumahku daun daun tanpa kaca
Pintu tanpa terali
Derit daunnya tak pernah menyapa
Kapan engkau pulang
Nenek melepas uban yang bertemali di atas usiamu
Pohon depan rumahku daun daun yang memanggil
melambai
Jendela tanpa kaca
Pintu tak bertulang
Daunnya mengaca
Tak memberi salam
Pojok Panjer 1984
Tidak ada komentar:
Posting Komentar