Jumat, 14 Desember 2012

POHON DEPAN RUMAHKU



Pohon depan rumahku daun daun yang memanggil melambai
Jendela tanpa kaca

Pohon depan rumahku daun daun yang selalu rajin menyapa
Pada setiap tamu yang datang membawakan cerita
Tidak pagi tidak siang tidak malam
Tidak hujan tidak terik di waktu kemarau yang pernah hilang
Selalu datang membawakan kembang sekeranjang untuk di tanam di halaman depan

Pohon depan rumahku daun daun yang tak pernah menguning
Saling bertegur sapa merencanakan perjalanan esok hari
Sembari mendengar suara nenek seakan melambai seperti dedaunan yang selalu hijau
Depan rumahku teduh berkata, “jangan terlalu jauh merantau”
Kudengar suara nenek mendinginkan angan yang lama terpendam
Hanya sebentar saja nek
Jangan, ujarnya pula
Siapa yang akan merawat pohon pohon rumah
Akan kubawa pohon itu serta ke tanah seberang
Dan tepat pada putaran purnama ketujuh benih itu mengembang sebagai dedaunan mati

Pohon depan rumahku daun daun yang mulai meninggalkan kehidupan
Menguning dan tak terawat
Seperti batu nisan membenam kematian tak memberi sapa
Dan nenek sudah tidak terbatuk batuk menggigit daun sirih
Tak terlihat di balik jendela
Tanpa kaca

Pohon depan rumahku daun daun yang mulai membakar riwayat
Tak serupa lambaian kedamaian menyambutku di kejauhan
Ribuan jarak yang panjang mengukur usia yang kian mudah dimakan waktu

Pohon depan rumahku daun daun tanpa kaca
Pintu tanpa terali
Derit daunnya tak pernah menyapa
Kapan engkau pulang
Nenek melepas uban yang bertemali di atas usiamu

Pohon depan rumahku daun daun yang memanggil melambai
Jendela tanpa kaca
Pintu tak bertulang
Daunnya mengaca
Tak memberi salam

Pojok Panjer 1984

Tidak ada komentar:

Posting Komentar