Aku melahirkan anak yang memajang bulan tepat pada
purnama ke sepuluh
Maka berakhirlah aku
sebagai perempuan pengganti malam menyetubuhi waktu waktumu yang kosong serupa sebuah sebutan menanggalkan hari hari
jahanam
Sisakan satu nama
buatnya, tangisnya demikian kuat membelah langit dan masih ada tempat bagi
suara bayi
Aku melahirkan kegaiban
yang pernah kau sarangkan tepat pada dada yang retak
Pada
rahim mengoyak
Hingga menandai
tangisnya purnama tak henti menghamburkan cahaya ke segenap pelosok
Sinarnya demikian
sempurna
Setiap malam aku
berdiri di bawahnya, cahaya dalam kegelapan mata mengubah bulan persis
Menandai hari hariku
yang pernah kosong
Setiap malam aku
menatap bulan dan menanti tepat pada purnama ke sepuluh
Mengakhiri hari hariku
yang mulai mengembang
Aku melahirkan anak
yang memajang angin menggiring bulan melewati batas cahaya yang belum tersentuh
menjadikan tanah tanah subur, menggiring cahaya hingga sampai pada kegelapan
yang tak tergapai garis edarnya, menjamu dalam hidangan yang biasanya
terlewatkan pada angka angka kalender buram termakan usia :
demikian
cepat hari berganti
Hingga berulang ulang
melahirkan pada purnama yang sama
Mengulang waktu di
bawah hujan cahaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar