Sabtu, 15 Desember 2012

MENGULANG WAKTU DI BAWAH PURNAMA



Aku melahirkan anak yang memajang bulan tepat pada purnama ke sepuluh
Maka berakhirlah aku sebagai perempuan pengganti malam menyetubuhi waktu waktumu yang kosong  serupa sebuah sebutan menanggalkan hari hari jahanam
Sisakan satu nama buatnya, tangisnya demikian kuat membelah langit dan masih ada tempat bagi suara bayi
Aku melahirkan kegaiban yang pernah kau sarangkan tepat pada dada yang retak
                                                            Pada rahim mengoyak
Hingga menandai tangisnya purnama tak henti menghamburkan cahaya ke segenap pelosok
Sinarnya demikian sempurna
Setiap malam aku berdiri di bawahnya, cahaya dalam kegelapan mata mengubah bulan persis
Menandai hari hariku yang pernah kosong
Setiap malam aku menatap bulan dan menanti tepat pada purnama ke sepuluh
Mengakhiri hari hariku yang mulai mengembang
Aku melahirkan anak yang memajang angin menggiring bulan melewati batas cahaya yang belum tersentuh menjadikan tanah tanah subur, menggiring cahaya hingga sampai pada kegelapan yang tak tergapai garis edarnya, menjamu dalam hidangan yang biasanya terlewatkan pada angka angka kalender buram termakan usia :
                                                                        demikian cepat hari berganti
Hingga berulang ulang melahirkan pada purnama yang sama
Mengulang waktu di bawah hujan cahaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar